Jakarta (ANTARA News) - Pengamat pariwisata Sapta Nirwandar menilai dalam beberapa waktu terakhir tiket pesawat murah sudah menjadi tren di dunia atau tidak hanya menjadi fenomena di Indonesia.

"Tren di negara manapun saat ini adalah low cost carrier, pesawat murah, ini sebenarnya sudah terjadi sejak lama, justru Indonesia sedikit tertinggal," kata Mantan Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandari di Jakarta, Sabtu.

Ia mengatakan di Indonesia harus diakui bahwa maskapai berbiaya murah terbukti mampu meningkatkan mobilitas wisatawan bahkan mendongkrak kunjungan wisatawan mancanegara ke Tanah Air.

Menurut dia keberadaan Low Cost Carrier (LCC) bukan sesuatu yang "haram" karena bisnis maskapai sudah memiliki standar safety atau keselamatan yang tinggi.

"Safety itu nomor satu, tapi maskapai bebas melakukan efisiensi agar bisa menawarkan tiket berharga murah," katanya.

Ia berpendapat hal yang diperlukan saat ini sejatinya adalah pengawasan yang lebih ketat termasuk upaya penegakan hukum terhadap segala aturan pada sektor penerbangan.

Sapta menegaskan pada dasarnya tidak ada korelasi langsung antara harga tiket murah dengan jaminan keselamatan penumpang.

"Tiket murah itu lebih pada efisiensi, misalnya maskapai LCC itu memberikan pilihan untuk fasilitas seperti bagasi yang minim jika ingin lebih ada tambahan biaya, tanpa makanan, tidak ada pilihan tempat duduk. Ini berbeda dengan pesawat servis yang semuanya sudah diinclude di dalam harga tiket. Jadi itulah yang membuat harga tiket LCC murah, namun safety adalah hal lain, ada standarnya tersendiri yang harus dipatuhi," katanya.

Meski begitu, ia meminta ada kewaspadaan terhadap fenomena perang tarif yang efek jangka panjangnya bisa merugikan konsumen sekaligus industri penerbangan itu sendiri.


Pewarta: Hanni Sofia Soepardi
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015