Terpenting pemain dapat mengeluarkan kemampuan terbaik
Palembang (ANTARA News) - Tim Piala Davis Indonesia penuh percaya diri melangkah pada ajang bergengsi "Piala Dunia" tenis beregu putra tahun 2015.

Tim yang diperkuat Chistopher Rungkat (25), Sunu Wahyu Trijati (28), David Agung Susanto (24), dan Aditya Harry Sasongko (27) ini tanpa ragu mengusung target menang pada pertandingan putaran pertama grup II zona Asia Oceania di Palembang, 6-8 Maret 2015.

Target menang ini dilatari karena lawan yang akan dihadapi yakni tim beregu putra Iran adalah tim yang pernah dikalahkan pada ajang serupa tahun 2011.

Keyakinan ini pun semakin bertambah karena komposisi tim lawan relatif tidak berubah, demikian pula dengan skuat Merah Putih.

"Ketika itu Iran bermain di hadapan pendukung mereka sendiri tapi saya dan teman-teman bisa mengalahkan. Kini pertandingan digelar di Palembang, tidak salah jika kiranya saya optimitis bisa menang," kata Christo, sapaan akrab Christopher yang dijumpai seusai latihan di Lapangan Tenis Bukit Asam Jakabaring, Palembang, Rabu.

Secara tim, Indonesia berada di atas Iran karena Christopher berada pada urutan 582 dunia (ATP), disusul David Agung Susanto di posisi 1682 ATP. Sementara, dua pemain lainnya Aditya Hari Sasongko, dan Sunu Wahyu Trijati, meski tidak masuk rangking dunia tapi keduanya sudah berpengalaman memperkuat Tim Davis Indonesia.

Sunu Wahyu salah seorang pemain Indonesia juga tercatat sebagai pemain tunggal kedua ketika Indonesia mematahkan Iran 3-2 pada empat tahun lalu di Teheran. Pengalaman Sunu ini dapat dijadikan modal positif Indonesia untuk memetik kemenangan.

Sementara, Iran, hanya memiliki dua pemain berperingkat dunia yakni Anoosha Shahgholi (1799 ATP) dan Mohsen Hossein Zade (1506 ATP), sedangkan dua pemain lainnya, Amirv dan Shahin Khaleden tidak masuk dalam rangking dunia.

Keuntungan lainnya bagi tuan rumah yakni para pemain Iran ini sebagian besar merupakan petenis lapangan tanah liat, sementara lapangan yang bakal digunakan pada pertandingan mendatang yakni lapangan keras.

"Petenis tanah liat umumnya tidak terbiasa dengan bola-bola cepat khas permainan lapangan keras. Tentunya, kelemahan mereka ini akan dimanfaatkan," ujar petenis nomor satu Indonesia ini.



"Tuah" Palembang

Christo pun berharap, pertandingan di Palembang ini membawa berkah karena dalam lima tahun terakhir untuk nomor tunggal dan beregu putra selalu sukses ketika bertanding di Lapangan Tenis Bukit Asam Jakabaring.

"Palembang ini sudah seperti rumah sendiri, karena banyak momen-momen bahagia tercipta di sini," kata peraih dua emas SEA Games 2011 ini.

Pada SEA Games 2011, tim beregu mendapatkan momen berharga karena mampu meraih emas kembali setelah sembilan tahun mandul. Torehan emas itu, menggenapi tiga emas sebelumnya yakni tunggal putra, tunggal putri, dan ganda putra.

Tak terhenti hanya di SEA Games, pada ajang Islamic Solidarity Games 2013 yang juga digelar di Palembang, Tim Tenis Indonesia meraih lima medali emas dari enam nomor yang diperebutkan. Sedangkan yang teranyar yakni ketika pelaksanaan ASEAN University Games tahun lalu karena mampu meraih dua emas setelah 17 tahun tanpa medali.

"Jika dilihat rekam jejaknya, memang Palembang ini seperti kota mukjizat bagi tenis Indonesia karena banyak meraih kemenangan di sini. Kami berharap, tren positif ini dapat berlanjut," ujar petenis yang telah masuk skuat Piala Davis sejak 2007 ini.



Tetap Waspada

Sementara, pelatih nasional tim tenis putra Roy Therik mengatakan meski Indonesia lebih diunggulkan di atas kertas namun timnya tidak mau lengah mengingat petenis lapangan tanah liat memiliki ketangguhan sendiri.

"Mereka kuat dengan permainan reli karena bola jatuhnya lebih lambat, ini bisa jadi keuntungan karena bermain di lapangan keras, tapi bisa juga jadi bumerang buat Indonesia jika tidak cerdik memanfaatkannya akibat terpancing permainan lawan," kata dia.

Namun, ia menambahkan, langkah yang paling efektif dilakukan Christo dan kawan-kawan dalam mempecundangi tim Iran yakni mengajak bermain cepat sejak awal pertandingan.

"Intinya memberikan tekanan dari awal, agar pemain Iran terjebak dalam situasi karena tidak sempat untuk beradaptasi dengan bola-bola cepat khas lapangan keras," kata dia.

Terkait dengan komposisi pemain yang bakal diturunkan pada dua nomor tunggal dan ganda putra, Roy mengatakan akan ditentukan menjelang pertandingan karena akan memilih pemain yang paling siap secara psikologis dan fisik.

Namun, perkara memilih ini bukan perkara yang sulit baginya karena tiga pemain yang berperingkat di bawah Christo relatif memiliki kemampuan sepadan.

"Tinggal lihat siapa yang paling siap saja, karena bermain beregu ini beda dengan main perorangan. Bebannya lebih besar karena nama Indonesia yang dikedepankan, bukan lagi nama petenisnya," kata dia.

Sementara Sunu menyatakan siap menjawab tantangan pelatih jika nantinya ia dipercaya turun, baik di nomor tunggal ataupun beregu.

"Siapa pun yang dipilih, berarti dia yang terbaik. Kami siap demi satu nama Indonesia, kalah atau menang adalah milik bersama," ujar Sunu.

Sementara tim Iran menyatakan tak gentar dengan tebaran ancaman tuan rumah. Pelatih Iran Saeid Ahmadvand mengatakan data di atas kertas terkadang bisa berubah ketika sudah turun di lapangan.

"Ini pertandingan, pasti ada peluang untuk menang. Bagi Iran, yang terpenting adalah enjoy dulu," ujar dia.

Terkait dengan strategi yang bakal dijalankan, menurutnya telah dipersiapkan dengan matang dalam mengoptimalkan keunggulan dan meminimalisasi kelemahan, terutama setelah mengetahui bahwa pemain Indonesia merupakan petenis lapangan keras.

"Di Iran, beberapa bulan lalu sudah berlatih di lapangan keras. Selain itu, para pemain juga diikutkan pada dua turnamen terbuka di Malaysia," kata dia.



Tembus Final

Tim Piala Davis Indonesia ditargetkan Pengurus Pusat Pelti menembus putaran final Grup II Zona Asia Oceania.

Untuk mencapai target ini bukanlah perkara mudah, karena jika memenangi pertemuan dengan Iran maka masih harus mengalahkan pemenang pertandingan Pakistan vs Kuwait. Setelah memenangkan putaran kedua, maka akan mendapatkan tiket ke final grup II zona Asia Oceania, yakni melawan tim pemenang antara pertemuan Taiwan vs Lebanon dengan Filipina vs Srilanka.

Jika memetik kemenangan hingga putaran final maka Tim Indonesia pada tahun mendatang akan terpromosi ke grup I seperti pada Piala Davis 2012.

Tak hanya itu, Indonesia juga akan memperbaiki peringkat dunia yang sementara ini bertengger pada urutan ke-54 di dunia, atau di bawah Filipina dengan 52 dan Thailand 39.

Perbaikan peringkat ini juga akan mempermudah langkah Indonesia ketika turun di SEA Games Singapura pada pertengahan tahun ini karena akan menentukan posisi pada babak kualifikasi.

Sementara, Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Goenawan Tedjo mengatakan para pemain tidak dibebani target muluk-muluk lantaran memahami ketatnya persaingan di tingkat Asia.

Berdasarkan rekam jejak Tim Davis Indonesia, Christopher dan kawan-kawan pada 2014 gagal melaju ke putaran kedua setelah takluk pada Kuwait dengan skor 3-2 atau sebatas memenangi pertandingan melawan Hong Kong pada babak play offs dengan skor 3-1.

Kemudian pada 2013, ketika terpromosi ke grup I, Tim Piala Davis Indonesia langsung bertekuk lutut pada Jepang dengan skor 5-0 pada pertandingan putaran pertama.

Prestasi cukup baik terjadi pada 2012 ketika Christopher dan kawan-kawan menembus putaran ketiga setelah mengalahkan Hong Kong 3-2, Thailand 3-2 dan Fhilipina 3-2 sehingga terpromosi ke grup I pada 2013.

Sementara pada 2011, Indonesia memetik kemenangan pada putaran pertama dari Iran dengan skor 3-2, kemudian harus takluk di tangan Thailand.

"Terpenting pemain dapat mengeluarkan kemampuan terbaik. Fokus pada lawan di depan mata terlebih dahulu, setelahnya jika menang baru dipikirkan lagi strateginya," kata dia.

Kini harapan rakyat Indonesia disandarkan kepada keempat anak bangsa ini untuk meraih prestasi terbaik seperti yang telah dilakukan para seniornya di tahun 1982 dan 1988. Kala itu, Tim Beregu Putra Indonesia mampu menembus putaran grup dunia dengan menjadi wakil zona Asia Oceania.

Oleh Dolly Rosana
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015