Tomohon (ANTARA News) - Pendaki tak menghiraukan peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Lokon di Kota Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara dengan menerobos masuk radius bahaya 2,5 kilometer melalui pintu masuk Kelurahan Kakaskasen I, Kecamatan Tomohon Utara, Minggu.

Tampak pendaki silih berganti memasuki pintu masuk yang berada dekat Gereja Katolik Kakaskasen.

Sekelompok pendaki berjumlah dua puluhan orang turun dan menunggu kendaraan pulang sambil duduk di trotoar, sementara sebagiannya lagi turun dari kendaraan tumpangan dan langsung mengarah ke kawasan penambangan batu.

Dari lokasi penambangan batu itu, pendaki dapat mengakses kawah Tompaluan sekira 45 menit dan berkemah beberapa ratus meter di lereng gunung.

"Kami memang tidak berkemah di kawah, tetapi di lereng gunung. Ke kawah biasanya di pagi atau sore hari, naik hari Jumat dan turun Minggu pagi atau sore hari," ujar Ridwan, pendaki asal Kota Manado.

Sementara itu, Jefferey GH Tindangen seorang pelajar mengaku tahu dengan status siaga Gunung Lokon dan tertutup untuk pendakian, namun menurut dia kondisi gunung tampak biasa-biasa saja seperti tidak ada peningkatan aktivitas.

Biasanya, kata dia, kalau dalam kondisi gawat sudah ada petugas yang mengawasi pintu masuk sehingga melarang ada aktivitas pendakian menuju kawah atau puncak gunung.

"Kami bisa leluasa masuk karena tidak pernah bertemu dengan petugas atau polisi pamong praja. Kami akan mengurungkan niat naik ke Gunung Lokon kalau memang sudah dilarang oleh petugas," katanya.

Sementara itu Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Lokon dan Mahawu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung di Kakaskasen Farid Ruskanda Bina mengatakan, pengawasan terhadap pendaki adalah wewenang pemerintah kota.

"Kami sudah menyampaikan kondisi yang sebenarnya tentang Gunung Lokon bahwa sejak Jumat(6/3) fluktuatif dan sementara terjadi peningkatan aktivitas vulkanik sejak tiga hari lalu dan berpeluang meletus. Tentu yang harus melarang adalah mereka (pemerintah kota)," katanya.

Pewarta: Karel A Polakitan
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015