Jakarta (ANTARA News) - Sebagian besar konsumen sadar bahwa dalam era Internet of Thing (IoT) data pribadi mereka rawan dicuri orang, namun kepedulian mereka untuk menjaga keamanan privasi masih kurang.

Demikianlah kesimpulan survai Trend Micro bersama Ponemon Institute bertajuk “Privacy and Security in a Connected Life: A Study of US, European and Japanese Consumers” baru-baru ini.

Sebagian besar konsumen meyakini bahwa tren Internet of Things (IoT) membawa manfaat yang jauh lebih besar dibandingkan dengan dampak permasalahan terkait privasi yang ditimbulkannya.

Namun begitu, sebanyak 75% responden merasakan telah lepasnya kendali akan informasi personal mereka, kata Trend Micro dalam siaran persnya, Senin.

“Hasil temuan yang tersaji dalam riset tersebut menggambarkan bahwa telah munculnya kesadaran akan privasi dan keamanan, namun belum menunjukkan tergeraknya konsumen untuk melakukan upaya-upaya dan tindakan dalam mengatasinya, tidak peduli di mana pun asal tempat tinggal mereka,” ungkap Raimund Genes, CTO, Trend Micro.

Namun celakanya, sebagian besar dari mereka yang telah memiliki kesadaran bahwa mereka rawan akan gangguan keamanan dan privasi, tidak juga berupaya untuk mengubah perilaku maupun cara mereka dalam berbagi informasi yang lebih aman, bahkan sekalipun mereka telah mengalami sendiri data mereka dicuri.

Hal ini bisa ditengarai sebagai akibat kekurangmampuan konsumen atau kurangnya kepedulian mereka dalam melindungi data personal.

Perlu perhatian khusus dari konsumen dalam upaya perlindungan keamanan dan privasi. Namun untungnya kini telah hadir banyak sumber dan cara yang mampu mendukung setiap individu dalam menerapkan perlindungan secara mandiri.

Riset tersebut melibatkan sebanyak 1.903 responden yang tersebar di berbagai negara, seperti Belgia, Denmark, Perancis, Jerman, Yunani, Irlandia, Italia, Jepang, Luxemburg, Belanda, Polandia, Rusia, Slovenia, Spanyol, Swedia, Swiss, Inggris Raya dan Amerika Serikat.

Menurut Genes, banyak konsumen yang mengatakan tidak segan-segan untuk mengungkapkan informasi, seperti nama, jenis kelamin, kebiasaan belanja, bahkan kondisi kesehatan serta informasi terkait login dengan bayaran tertentu.

Bahkan, ketika ditanyakan lebih lanjut, mereka bersedia menjual informasi personal mereka dengan kompensasi biaya dalam kisaran harga $2,90 hingga $75,80.

Meski terdapat perbedaan mengenai tarif rata-rata dari kompensasi biaya yang mereka tarik terkait penjualan informasi di setiap wilayah, para responden meyakini bahwa rata-rata sebuah data bernilai $19,60.

Dari hasil studi diperoleh daftar tarif rata-rata yang dipatok untuk setiap data yang didapatkan:

Patokan tarif yang terbilang mahal:
  • Password – $75,80
  • Kondisi kesehatan – $59,80
  • Detil pembayaran – $36
  • Riwayat kredit – $29,20
  • Kebiasaan belanja $20,60
Patokan tarif yang terbilang murah:
  • Gender – $2,90
  • Nama – $3,90
  • Nomor telepon – $5,90.

Pewarta: Suryanto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015