Tokoh Sarikat Islam (SI) itu juga menginginkan para pejabat tidak menggunakan aji mumpung, dengan menggunakan jabatan untuk kepentingan pribadi dan golongan,"
Yogyakarta (ANTARA News) - Tokoh pergerakan nasional Haji Oemar Said Tjokroaminoto menginginkan Bangsa Indonesia menghindari sikap rakus dan serakah, kata peneliti Universitas Gadjah Mada Agus Hendratno.

"Tokoh Sarikat Islam (SI) itu juga menginginkan para pejabat tidak menggunakan aji mumpung, dengan menggunakan jabatan untuk kepentingan pribadi dan golongan," katanya di Universitas Cokroaminoto (Uncok) Yogyakarta, Senin

Pada diskusi buku "HOS Tjokroaminoto Pelopor Pejuang, Guru Bangsa, dan Penggerak Sarikat Islam" karya Nasruddin Anshoriy dan Agus Hendratno, ia mengatakan salah satu wasiat Tjokroaminoto yang sangat terkenal dan menunjukkan keinginan itu adalah ungkapan "lerena mangan sadurungi wareg".

"Ungkapan itu mengandung arti berhentilah makan sebelum kenyang. Pesan itu memang bersumber dari hadis Nabi Muhammad SAW, tetapi dengan mewariskannya secara turun temurun menunjukkan Tjokroaminoto ingin menyampaikan pesan tersebut kepada bangsa ini," katanya.

Menurut dia, Tjokroaminoto yang lahir di Madiun, Jawa Timur, 16 Agustus 1883 itu juga dikenal sebagai harimau mimbar. Julukan terhormat dan penuh kekaguman diberikan banyak orang kepada Tjokroaminoto.

"Seorang pemimpin nasionalis berkebangsaan Belanda, PF Dahler menyebut Tjokroaminoto sebagai harimau mimbar yang menggetarkan ribuan orang. Jika dia berdiri di atas podium maka pidatonya dapat memukau pendengarnya sampai berjam-jam," katanya.

Ia mengatakan dengan postur tubuh yang tegap, penampilan yang berwibawa, suara yang berat, dan bahasa yang teratur, Tjokroaminoto membuat ribuan hadirin terpaku mendengar pidatonya kendati panas terik matahari "membakar" mereka.

"Salah seorang yang mengikuti jejak Tjokroaminoto adalah muridnya yang bernama Koesno atau Soekarno, pemuda dari Blitar, Jawa Timur, yang kemudian menjadi proklamator kemerdekaan dan presiden pertama Republik Indonesia (RI)," katanya.

Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015