Bagi mayoritas orang Indonesia yang belum banyak mengetahui sejarah negeri tetangga Australia, film "The Water Diviner" bisa menjadi salah satu alternatif tontonan yang menghibur sekaligus informatif.

Di film yang berdurasi 111 menit, Russel Crowe menjadi pemeran utama sekaligus sutradara. Ini adalah debutnya menjadi sutradara setelah malang melintang sebagai aktor.

Dengan gendre drama, film ini mengisahkan pencarian seorang ayah terhadap tiga anaknya yang setelah empat tahun perang berlalu, tidak ada kabar berita.

Russel Crowe memainkan karakter Joshua Connor, seorang petani dari Australia yang hidupnya terkoyak setelah mendapati sang istri pada suatu pagi memilih untuk bunuh diri akibat frustrasi menunggu kepastian kabar putra mereka.

Di desanya di Mallee, Victoria, Connor berprofesi sebagai pencari air. Ia bisa memperkirakan di mana mata air berada, dan kemudian membuat air itu bisa keluar dari rongga-rongga tanah.

Tiga anak Connor, Arthur, Edward, dan Henry bergabung dengan tentara Australia dan Selandia Baru (Anzac) dan pergi ke Semenanjung Gallipoli untuk berperang bersama pasukan Sekutu dalam Perang Dunia I.

Serangan mereka di Gallipoli mendapat perlawanan sengit dari tentara Kekaisaran Ottoman Turki, dan akhirnya Anzac terpaksa menyerah dan mundur.

Ketika tiba di Turki, Connor menginap di sebuah hotel yang dikelola oleh Ayshe (Olga Kurylenko), seorang ibu satu anak yang suaminya juga turut berperang dan tidak ada kepastian keberadaannya.

Connor mencari cara untuk bisa ke Gallipoli meskipun secara ilegal. Berkat saran Ayshe, ia menumpang kapal nelayan dan mendarat di Gallipoli.

Di Gallipoli, perwira Australia dan Turki sedang memimpin upaya pencarian sisa-sisa jenasah korban dari dua belah pihak untuk dapat dimakamkan secara layak.

Setibanya di Gallipoli, Connor ditolak kehadirannya oleh perwira Australia bernama Letkol Cyril Hughes karena kawasan itu sangat berbahaya, banyak ranjau dan posisi jenasah tiga anak Connor belum jelas di mana.

Namun si petani tidak patah semangat. Dan melihat kegigihan Connor, perwira Turki bernama Mayor Hasan mengusulkan agar tim membantu mencari lokasi tiga anak Connor terakhir kali berada.

"Kenapa (tim harus) mengubah semuanya demi satu ayah yang tidak mengikhlaskan (kematian putranya)?" tanya Cyril kepada Hasan.

Ia pun membalas, "Karena dia adalah satu-satunya ayah yang datang ke mari mencari."

Penulis skrip film ini mencoba membuat pesan antiperang yang sangat tegas. Di mana perang adalah awal mula semua kesengsaraan, laki-laki dan perempuan, tua dan muda.

Film ini membawa pesan moral antiperang dengan didedikasikan kepada keluarga yang kehilangan anggotanya di perang.

Sepanjang Perang Dunia I (1914-1918) sekitar 37 juta prajurit dan orang sipil tewas dan luka-luka. Sebanyak 8 juta di antara mereka hilang dan diduga keras turut gugur.

Beberapa prestasi berhasil diukir "The Water Diviner", antara lain di ajang Australian Film Institute 2015 memborong penghargaan sebagai film terbaik, desain kostum terbaik, aktor utama terbaik, dan aktris peran pembantu terbaik.

Lalu bagaimana dengan sejarah Australia dalam peperangan? Tentara Australia terlibat berbagai peperangan mulai pendudukan awal di Sydney Cove abad 18, tentara penjaga perdamaian PBB, dua Perang Dunia, dan dua kali Perang Teluk.

Seperti dikutip dari laman Australia War Memorial (www.awm.gov.au), catatan tertua keterlibatan Australia dalam perang adalah di era kolonialsime 1788--1901.

Australia juga berperang di Sudan pada Maret-Juni 1885 untuk membantu--bersama Inggris--pendudukan Mesir terhadap Sudan.

Tentara Australia juga terlibat Perang Boer di Afrika Selatan tahun 1899-1902, "Boxer Rebellion" di Tiongkok tahun 1900-1901, Perang Korea 1950-1953, "Konfrontasi Indonesia" tahun 1963-1966, Perang Vietnam 1962-1975.

Militer Australia hingga kini tercatat masih berada di Afghanistan sejak 2001 dan menjadi bagian dari pasukan penjaga perdamaian PBB sejak 1947.

Pewarta: Ella Syafputri
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015