Kondisi ini terjadi karena belum ada jaminan akan membaiknya kinerja pabrik gula yang sebagian besar milik BUMN (Badan Usaha Milik Negara),"
Jakarta (ANTARA News) - Pengurus Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) meminta perombakan (reshuffle) Kabinet Kerja jangan mengganggu pertumbuhan industri gula nasional.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) APTRI Soemitro Samadikoen dalam keterangan persnya di Jakarta, Minggu, mengatakan 2015 menjadi titik krusial bagi industri gula nasional.

"Kondisi ini terjadi karena belum ada jaminan akan membaiknya kinerja pabrik gula yang sebagian besar milik BUMN (Badan Usaha Milik Negara)," kata Soemitro.

Soemitro mempertanyakan wacana rencana perombakan beberapa menteri Kabinet Kerja yang akan dilakukan pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK).

Pada 2015, menurut Soemitro, menjadi titik krusial bagi industri gula nasional yang harus ditopang peningkatan produksi dan harga yang normal.

Soemitro khawatir perombakan kabinet akan memperkeruh kondisi perekonomian terutama persoalan industri gula nasional.

"Sehingga harga gula jatuh seperti pada 2013-2014 yang ujung-ujungnya akan mematikan petani dan membuat industri gula nasional gulung tikar," tuturnya.

Soemitro mengungkapkan harga gula merosot pada 2013 dengan harga lelang tertinggi Rp10.250 per kilogram dan terendah mencapai Rp8.200 per kg.

Pada 2014, harga gula semakin menurun dengan harga lelang tertinggi sekitar Rp8.650 per kg dan terendah mencapai Rp7.500 per kg.

Soemitro menjelaskan pergerakan harga gula mengarah normal saat Presiden Jokowi menunjuk Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel.

"Hal itu tidak terlepas dari beberapa kebijakan Mendag yang menopang terciptanya pasar sehat," ungkap Soemitro.

Pewarta: Taufik Ridwan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015