Medan (ANTARA News) - PT PGN (Persero) Tbk memastikan pada Juni atau Juli 2015 ada penambahan gas untuk industri yang berasal dari Gas Arun dengan harga jual lebih mahal dari sekarang.

"Arun menjanjikan pasokan gas untuk industri sudah mengalir Juni atau Juli sehingga PGN juga bisa memasok ke perusahaan industri di periode itu," kata General Manager PGN Strategic Business Unit (SBU) III Sumatera bagian utara (Sumbagut), Yosviandri di Medan, Kamis.

Pasokan itu menggembirakan karena berarti krisis gas untuk industri Sumut mulai teratasi.

Dewasa ini, kata dia, pasokan gas yang terus berkurang ke PGN juga menyebabkan distribusi/penjualan ke pengusaha juga menurun atau tinggal sekitar 5 MMSCFD.

"Tetapi memang, harga jual tidak bisa dihindari lebih tinggi atau mahal dari harga PGN sebelumnya yang sekita 8,7 dolar AS per MMBTU," katanya.

Dia menegaskan, harga lebih tinggi itu bukan kehendak PGN, tetapi karena hitung-hitungan mulai dari pembelian Arun, biaya yang dikeluarkan Arun hingga biaya pemipaan dari Aceh sampai Sumut dan tentunya termasuk biaya operasi PGN.

Yos tidak bisa memastikan jumlah pasokan Gas Arun dan harga jual gas itu secara pasti.

Soal volume, kata dia, dijanjikan Arun akan bisa memenuhi kebutuhan industri sehingga tentunya tergantung permintaan pengusaha.

Oleh karena itu, menurut Yos, PGN sudah menginformasikan dan meminta pengusaha mengajukan permohonan permintaan gas itu ke PGN.

"PGN akan mendata kembali permintaan pengusaha untuk dipersiapkan mengalir," katanya.

Adapun menyangkut harga, masih belum ditetapkan, tetapi kemungkinan di kisaran 14 hingga 16 dolar AS per MMBTU.

Meski lebih mahal, tetapi dipastikan tetap murah dari penggunaan bahan bakar lainnya.

Dia membantah harga gas di Sumut itu lebih mahal dari di Jawa. "Harga gas dewasa ini di kisaran 14 hingga 16 dolar AS per MMBTU," katanya.

Memang, ujar Yos, seandainya terminal gas terapung di Belawan beberapa tahun lalu terwujud, tambahan gas ke industri bisa lebih cepat dan harga jualnya lebih murah.

Ketua Asosiasi Perusahaan Pengguna Gas (Apigas), Johan Brien. mengaku kecewa dengan harga jual gas PGN yang nantinya naik hampir 100 persen itu.

"Harga itu sama saja dengan menyulitkan pengusaha. Di satu sisi, krisis gas sudah bisa diatasi tetapi biaya produksi menjadi semakin mahal," katanya.

Sehinggga dengan kondisi itu, menunjukkan pengatasan masalah menimbulkan masalah.

Padahal sejak awal, pengusaha sudah "menjerit" agar harga gas tidak berbeda dari harga sebelumnya bahkan diminta diturunkan seperti harga di Malaysia atau Singapura untuk tetap eksis dan siap bersaing di pasar Masyarakat Ekonomi ASEAN atau MEA.

Harga gas di Singapura sekitar 3,87 dolar AS per MMBTU dan di Malaysia sebesar 3,52 dolar AS per MMBTU.

Johan menegaskan, pasokan gas yang tinggal sekitar 5 MMSCFD dari kebutuhan minimal 22 MMSCFD bagi 54 perusahaan selama ini memang sudah sangat mengganggu.

Menurut Johan, dengan harga yang mahal itu, menunjukkan Pemerintah tidak berpihak ke pengusaha di Sumut.

Karena sebelumnya, mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan saat membatalkan terminal gas terapung di Belawan, menjamin harga gas untuk Sumut tidak akan mahal.

Bahkan Gubernur Sumut H Gatot Pujo Nugroho juga mengingatkan agar harga gas itu juga jangan mahal untuk kepentingan persaingan di MEA..

"Harusnya biaya mahal pemipaan dari Arun Aceh itu tidak dibebankan ke pengusaha, tetapi menjadi tanggung jawab Pemerintah karena pemindahan terminal gas terapung dari Belawan merupakan kebijakan Pusat," ujar Johan.

Pewarta: Evalisa Siregar
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015