Beberapa tahun terakhir kami bersama kelompok masyarakat mengawasi dan melindungi penyu-penyu yang naik ke pantai untuk bertelur
Bengkulu (ANTARA News) - Komunitas Penyu Bengkulu melepas 138 tukik atau anak penyu di perairan pantai Air Hitam, Kabupaten Mukomuko, untuk memperingati Hari Penyu Sedunia 2015.

"Kami melepas anak penyu ke habitatnya sebagai dukungan pelestarian satwa dilindungi ini," kata Ketua Panitia Hari Penyu Sedunia dari Komunitas Penyu Bengkulu, Fitri Wulansari di Bengkulu, Senin.

Ia mengatakan tukik yang dilepas dari hasil penangkaran yang dilakukan masyarakat lokal di Desa Air Hitam yang berbatasan dengan Taman Wisata Alam (TWA) Air Hitam.

Anggota komunitas dan kelompok masyarakat setempat, kata dia, selama ini aktif memantau dan mengamankan telur penyu yang ada di pantai tersebut.

Masyarakat , tambah dia, melalui organisasi Kelompok Pemuda Pemudi Pecinta Alam dan Lingkungan Hidup (KP3LH) Desa Air Hitam secara rutin mengamankan penyu yang bertelur di pantai wilayah itu.

"Beberapa tahun terakhir kami bersama kelompok masyarakat mengawasi dan melindungi penyu-penyu yang naik ke pantai untuk bertelur," tambah dia.

Ancaman bagi penyu yang bertelur di perairan itu antara lain pencurian oleh orang tidak bertanggungjawab serta keberadaan predator seperti biawak dan lainnya.

Komunitas Penyu Bengkulu merupakan kelompok bentukan Mahasiswa Pecinta Alam (Mapetala) Universitas Bengkulu yang fokus pada pelestarian penyu di perairan Bengkulu.

Koordinator Komunitas Penyu Bengkulu Ayub Saputra mengatakan ada tiga jenis penyu yang sering bertelur di sepanjang pesisir Bengkulu yakni penyu jenis lekang, sisik dan hijau.

"Panjang pantai Bengkulu mencapai 525 kilometer di mana hampir seluruh wilayah itu sebenarnya menjadi lokasi pendaratan penyu untuk bertelur," katanya.

Namun, kerusakan pesisir akibat berbagai kegiatan eksploitatif membuat sejumlah pesisir tidak lagi didarati penyu untuk bertelur. Peringatan Hari Penyu Sedunia digelar setiap 23 Mei yang dimulai pada 2000, mendorong manusia menyelamatkan spesies terancam punah itu.

Pewarta: Helti Marini Sipayung
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015