Singapura (ANTARA News) - Kontingen Indonesia mendapatkan tambahan lima medali emas dari tiga cabang olahraga yaitu atletik, tinju dan pencak silat pada hari kelima pelaksanaan kejuaraan dua tahunan yaitu SEA Games 2015 di Singapura, Rabu.

Tambahan emas dari cabang atletik dipersembahkan oleh Agus Prayogo dari nomor 10 ribu meter. Bagi atlet kelahiran Bogor Jawa Barat, emas yang diraih sangat istimewa karena mampu mengambil apa yang terlepas pada SEA Games 2013 di Myanmar.

Bagi pria yang berprofesi sebagai anggota TNI itu, emas di Singapura merupakan emas yang keempat yang diraih pada kejuaraan dua tahunan itu. Sebelumnya, Agus Prayogo menjadi yang terbaik pada SEA Games 2009 di Laos dan 2011 di Palembang.

Satu emas dari atletik dipersembahkan oleh Maria Londa dari nomor lompat jauh. Prestasi atlet asal Bali di SEA Games 2015 ternyata mampu memecahkan rekor nasional yaitu 6,70 meter. Rekor sebelumnya 6,55 yang dicetak Maria pada Asian Games 2014 Incheon.

"Atletik adalah cabang olahraga terukur. Jadi semuanya bisa terlihat. Kalau masalah target kita diseputaran situ saja. Antara enam sampai tujuh," kata Sekjen PB PASI Tigor Tanjung saat ditemui di Stadion Nasional Singapura.

Tidak hanya atletik, tinju dan pencak silat juga menyumbangkan emas bagi Indonesia. Untuk emas tinju dipersembahkan oleh Kornelis Kwangu Langu dari kelas 46-49 kg. Pada final di Hall 2 Singapore Expo, Kornelis mengalahkan petinju asal Filipina, Rogen Ladon.

"Saya sempat kuwalahan di awal, namun akhirnya saya bisa bangkit dan meraih emas. Medali ini saya persembahkan bagi masyarakat Indonesia, keluarga dan teman-teman yang mendukung selama ini," kata Kornelis usai mempersembahkan medali.

Emas dari kelas 46-49 kg merupakan yang pertama bagi cabang olahraga tinju. Hasil tersebut telah sesuai dengan target yang diberikan oleh Satlak Prima. Tinju juga mempersembahkan perak dari Christina Marwan Jembay setelah difinal kalah dari petinju Thailand, Tassamalee Thongjan pada kelas 57 kg.

Cabang olahraga pencak silat ternyata tidak semulus yang diharapkan. Pada hari pertama pelaksanaannya, cabang beladiri asli Indonesia ini hanya mempersembahkan satu emas dari kelas beregu putri setelah mengumpulkan 466 poin. Atlet yang turun adalah Ni Kadek Ratna Dewi, Ida Ayu Putu Chandra dan Luh Putu Eka Pratiwi.

Satu emas lagi dipersembahkan oleh pasangan Hendy dan Yolla Primadona Jampil yang turun pada nomor seni Ganda. Pasangan Indonesia mampu membukukan 575 poin. Sedangkan perak direbut oleh pasangan Vietnam setelah mengumpulkan 574 poin. Perunggu direbut oleh Singapura dengan 567 poin.

Hasil ini tidak diikuti oleh Sugianto yang turun dinomor tunggal putra . Salah satu andalan Indonesia harus menyerahkan prestasi tertinggi dikejuaraan dua tahunan ini meski memiliki poin yang sama dengan atlet Vietnam, Quang Trung Hoang dengan 464 poin.

Tim softball putra Indonesia yang cukup perkasa di babak awal ternyata belum mampu berbuat banyak setelah dipartai puncak kalah dari kalah dari Filipina dengan skor 4-6. Hasil ini membuat tim Indonesia harus puas mendapatkan medali perak.

Begitu juga dengan bowling. Setelah gagal dihari pertama, tim bowling Indonesia akhirnya mampu mempersembahkan medali perak dari nomor dobel putra lewat Ryan Lalisang dan Billy Islam. Untuk medali emas direbut pasangan tuan rumah Singapura.

Dengan tambahan empat ini membuat posisi Indonesia terus mendapatkan tekanan dari Filipina. Bahkan, posisi Indonesia sempat disalib karena Filipina banyak mendapatkan medali emas dari cabang olahraga tinju dan atletik.

Saat ini, Indonesia masih tertahan diposisi lima dalam pengumpulan medali dengan 22 emas, 28 perak dan 42 perunggu. Sedangkan Filipina menguntit dibelakang dengan 21 emas 23 perak dan 36 perunggu. Jika tidak waspada, kemungkinan Indonesia bakal disalib Filipina.

Sementara itu, tuan rumah Singapura masih kokoh dipuncak klasemen sementara dalam pengumpulan medali. Negeri Singa itu mampu membukukan 60 emas 51 perak dan 64 perunggu. Disusul oleh Vietnam dengan 48 emas 23 perak dan 44 perunggu.

Pewarta: Bayu K
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015