Saya mengandalkan kepercayaan teguh dalam harapan, utamanya saya arahkan dan tujukan bagi timnas Brasil di Copa America
Jakarta (ANTARA News) - Tembang bernada galau mengisi kisi-kisi atmofser Copa America 2015. Paling tidak harmoni nada sendu bercampur rindu berlaku bagi pemain bernama lengkap Neymar da Silva Santos Jr. Judul lagunya: cinta ini membunuh diriku.

Cile menyimpan memori bahwa Brasil sebagai salah satu magnet sepak bola sejagat tidak akan diperkuat oleh Neymar jelang palagan perempat final melawan Paraguay, pada Sabtu waktu setempat (27/6). Setelah melakoni laga itu, pemberitaan surat kabar dunia dapat diprediksi bakal mencantumkan dua kata pamungkas: Tanpa Neymar....   

Neymar terkena suspensi empat laga menyusul kartu merah dalam laga fase Grup C kontra Kolombia (17/6). Ironinya bahwa jika Selecao kalah di laga perempat final, maka suspensi pemain yang membela Barcelona itu akan merembet ke turnamen lain, salah satunya kualifikasi Piala Dunia 2018. Nah, bagaimana kalau Brasil sampai keok di semifinal?  

Mata publik khususnya pendukung fanatik skuat asuhan Carlos Dunga itu mengarah kepada Neymar. Tanpa ragu, tanpa sangsi, mereka bertanya, mengapa anda (Neymar) berbuat hal yang tercela dalam sepak bola, yakni menghina wasit Enrique Osses di terowongan menuju ruang ganti dan terlibat perseteruan dengan striker Kolombia Carlos Bacca.

Publik berharap pemain andalan timnas Brasil itu selalu ingat dengan pernyataan bahwa sukses berawal dari permintaan maaf dan pemilihan prioritas dalam hidup. Memang, bukan perkara mudah meraih sukses ketika perjalanan hidup kian menggamit aneka pernik, dari suka sampai duka.

Terjentik oleh iming-iming sukses, mantan pemain Santos itu kemudian membantah telah menghina wasit ketika ia berbicara kepada Globo TV terkait insiden di Copa America 2015. "Saya meminta maaf kepada rekan-rekan di timnas. Saya akan belajar dari hal ini demi karier saya. Semoga hal ini bermanfaat bagi Brasil," katanya.

Sukses bukan semata hitung-hitungan satu, dua, tiga, dan seterusnya. Sukses berawal dan berujung dari permintaan maaf ketika seseorang terguncang tragedi hidup, utamanya dalam kaitan dengan hubungan antar pribadi. Relasi yang menghubungkan Neymar dengan Osses, Neymar dengan Bacca. Dan Neymar dengan pendukung setia Selecao.

Ketika sukses berkolaborasi dengan permintaan maaf, maka tidak ada lagi batasan waktu, dan tidak ada lagi tenggat. Permintaan maaf layak diibaratkan sebagai debur ombak samudera yang loyal menggapai panggilan tepi pantai.

Permintaan maaf Neymar lahir dari apa yang bertahun-tahun diajar oleh ibundanya di Brasil. Permintaan maaf Neymar berseberangan dengan amanat klasik dari setiap konflik, bahwa "kalau dua penguasa saling berseteru, dan salah satunya menang, maka pihak yang kalah tidak bisa tidak merasa takut  dengan lawan yang meraih kemenangan".

Mata air sukses meluap dari permintaan maaf. Tidak berlaku sebutan Paduka, dan tidak berlaku predikat Hamba sahaya. Dengan mengutarakan permintaan maaf, Neymar tidak dimangsa oleh mereka yang meraih kemenangan. Permintaan maaf lahir dari hati yang tidak ingin mempertahankan kepentingan diri. Sukses berkonco karib dengan permintaan maaf.

Neymar bertekad lepas dari kutuk yang pernah ditulis oleh pujangga klasik Yunani kuno, Livius, bahwa "Tak ada hal yang lebih bertentangan dengan kepentingan kalian daripada nasehat mereka, yaitu supaya kalian tidak campur tangan dalam perang; kalian akan dijadikan hadiah bagi pemenang, dan kehormatan serta martabat kalian akan terampas." (quod autem isti dicunt non interponendi vos bello, nihil magis alienum rebus vestris est, sine gratia, sine dignitate, praemium victoris eritis."

Hati Neymar porak poranda. Ia cepat-cepat menelan pil harapan agar sehat kemudian makbul ketika berziarah di bawah kolong langit bola-bola dunia.

"Saya mengandalkan kepercayaan teguh dalam harapan, utamanya saya arahkan dan tujukan bagi timnas Brasil di Copa America," katanya dalam media Instagram. Praktisnya, posisinya di skuat Selecao akan diisi oleh Philippe Coutinho.

Sebagaimana bunyi hukum besi setiap perbuatan bahwa "satu kali berbuat, maka berlaku selamanya", maka perilaku dan pernyataan pemain bintang negeri Samba itu tentu tidak dapat dimaafkan. Menurut Alex Richards dari harian Daily Mirrors, Neymar berkata kepada wasit Osses di terowongan stadion, "Anda ingin mendompleng popularitas saya, anak haram jadah."

Neymar mencatat rekor perilaku negatif. Di final Copa del Rey 2014/15, ia menjepit bola dengan menggunakan kaki, lalu melayangkannya  dengan tumit dan kaki bagian dalam (gerakan lambretta). Sontak, para pemain Bilbao memvonis bahwa atraksi Neymar itu tidak menunjukkan respek kepada sesama pemain.

Di ajang 16 besar Copa del Rey 2014/15, tercatat bahwa Neymar nyaris terlibat baku pukul dengan Fernando Torres ketika keduanya memasuki ruang ganti pada waktu jeda. "Sebagai pemain masyhur, ia seharusnya menjadi contoh," kata Torres singkat.

Di final Copa del Rey 2013/14, Neymar terlibat kontak fisik dengan Fabio Coentrao. Aksi itu kemudian menyulut kemarahan Pepe. Pemain yang terakhir disebut ini langsung mencengkeram leher Neymar dari arah belakang. Tak pelak, ketiga pemain itu diganjar kartu kuning dari wasit Mateu Lahoz.

Di fase grup Copa America 2011, pelatih Venezuela Cesar Farias berang karena Neymar tidak membuang bola ketika salah satu anak asuhnya terkapar cedera. Faris dan Neymar kemudian terlibat perkelahian di lorong menuju ruang ganti.

Masih ada harapan. Inilah tembang anyar skuat asuhan Dunga. Tanpa keikutsertaan Neymar sekalipun, Selecao mengalahkan Venezuela dengan skor 2-1 lewat gol yang dilesakkan oleh Thiago Silva dan Roberto Firmino.

Neymar boleh absen, tapi lokomotif Brasil tetap berjalan. Buktinya, kiprah Willian makin menunjukkan tren positif bagi agresivitas penampilan tim secara keseluruhan. Dan langgam permainan Selecao menunjukkan guratan-guratan pragmatis, dan para pemain makin termotivasi meraih kemenangan dan merebut gelar di Copa America.

Sebelum terkena suspensi, ada perilaku yang kerapkali dilakukan Neymar yakni memancing emosi para bek lawan dengan melakukan gerakan-gerakan atraktif berbarengan dengan aksi mengecoh nyerempet-nyerempet "ejekan".

Di bawah perlindungan kubah sukses berawal dari permintaan maaf itulah, pecinta bola sedunia perlu mencamkan bahwa kiprah Neymar demikian menjulang.

Turun bermain bersama dengan timnas Brasil dalam 65 laga, ia melesakkan 44 gol, 25 assist, meraih 45 kemenangan, 12 kali imbang, dan delapan kali imbang. Berbarengan dengan capaian itu, ia telah menerima 11 kartu kuning, dan satu kartu merah.

Ironi Neymar adalah ironi manusia yang berziarah, yang hendak selalu memulai untuk memulai, terus memulai, sampai akhirnya waktu menghakimi.

Awal yang baik dari sukses sebagai bunga-bungan kehidupan, salah satunya memberi maaf kepada mereka yang telah berbuat khilaf dan salah."...dan ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami...."  

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015