Program pengiriman pimpinan pesantren ini dilaksanakan atas kerja sama Kemenag RI dengan Pemerintah Negara Bagian Queensland, Australia,"
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Agama pada Agustus 2015 mengirim delapan pimpinan pesantren ke Australia untuk mengikuti pelatihan bertema "Memperkuat pendidikan kejuruan dan pelatihan di Pondok Pesantren Indonesia melalui kepemimpinan yang mengarah kepada perubahan".

"Program pengiriman pimpinan pesantren ini dilaksanakan atas kerja sama Kemenag RI dengan Pemerintah Negara Bagian Queensland, Australia," kata Kasubdit Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Direktorat Pendidikan Agama Islam (PAI) Kemenag Maskuri di Jakarta, Rabu.

Maskuri yang pernah mengikuti program yang sama tahun 2014, pada 27 Juli 2015 secara khusus memberikan pembekalan kepada delapan pimpinan pesantren yang akan mengikuti program pelatihan di Kota Brisbane, Queensland itu. Mereka berasal dari pondok pesantren (ponpes) yang sudah memiliki kegiatan keterampilan di pesantrennya.

Para peserta program tersebut berasal dari Ponpes Darul Hikmah Pekanbaru, Ponpes Al-Kautsar Tanjung Pinang Riau, Ponpes Al Hikmah Brebes, Ponpes At-Tin Marga Ayu Jawa Tengah, Ponpes Nurul Hakim NTB, Ponpes Darul Hijrah Kalsel, Ponpes Al-Markaz Sulsel, dan Ponpes Ar Rahman Cidadap Banten.

Menurut Maskuri, pengiriman pimpinan pesantren tahun 2015 ke Australia itu dilakukan untuk yang keduanya kalinya. Program sebelumnya dilaksanakan pada Mei sampai Juni 2014 di Brisbane, Ibu kota Negara Bagian Queensland, Australia.

Kegiatan pelatihan bagi delapan pimpinan pesantren itu akan berlangsung selama tiga minggu, mulai tanggal 2 sampai 24 Agustus 2015. Tujuan utama kegiatan tersebut adalah mendalami pengelolaan pendidikan keterampilan di Australia untuk bisa diterapkan di Tanah Air.

Selama berada di Australia, para peserta akan mempelajari dan membandingkan sistem pendidikan keterampilan di Indonesia dan di Australia. Mereka juga akan mempelajari bagaimana pengelolaan ketenagaan dan rekrutmen guru serta pengalaman Australia dalam mengelola pendidikan keterampilan.

"Semua peserta tidak dipungut biaya apa pun, karena semua pembiayaan kegiatan tersebut disediakan oleh Pemerintah Queensland. Mereka akan mendapatkan uang saku selama kegiatan yang dibayarkan setiap minggu, asuransi kesehatan, tiket pulang pergi Jakarta-Brisbane, dan akomodasi," kata Maskuri.

Sementara itu, salah seorang alumnus pelatihan di Australia Mohammad Zen mengatakan, kegiatan itu bermanfaat dalam memberikan perspektif pendidikan keterampilan terpadu, terlebih pengelolaan pendidikan keterampilan terpadu semakin penting dengan adanya Kerangka Kualifiasi Nasional Indonesia (KKNI) yang diberlakukan sejak dua tahun lalu.

"Indonesia bisa meniru pengalaman Australia dalam mengelola pendidikan keterampilan yang terintegrasi dengan dunia industri," kata Wakil Sekjen Ormas Islam Mathlaul Anwar yang berbasis di Pandeglang, Banten itu.

Menurut Mohammad Zen, kurikulum pendidikan keterampilan di Australia disusun secara khusus oleh sebuah dewan yang bernama "International Skill Council (ISC)", sementara kurikulum pendidikan di Indonesia sepenuhnya disusun oleh Kementerian Pendidikan, sehingga lulusannya tidak siap untuk masuk ke dunia industri.

Pewarta: Aat Surya Safaat
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015