Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan fluktuasi harga daging ayam di pasaran diakibatkan libur panjang Lebaran yang menyebabkan kurangnya pemeliharaan ayam sehingga pasokan berkurang.

Ia mengatakan hal itu katanya pada konferensi pers usai pertemuan tertutup dengan Asosiasi Perunggasan, Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Kamis.

Menurut dia, pada 13-20 Juli 2015, peternak ayam tidak memelihara ayam dan baru dilakukan pemeliharaan ayam setelah Lebaran.

Namun, ia mengatakan saat ini stok ayam sudah cukup sesuai kebutuhan sehingga ke depan diharapkan kebutuhan di pasar tercukupi dan harga stabil.

Lebih lanjut ia mengatakan berdasarkan informasi dari pengusaha unggas yang ditemui hari ini, harga tidak mungkin mencapai Rp40 ribu per kilogram melainkan Rp40 ribu per ekor karena satu ekor ayam dapat melebihi berat 1 kilogram.

Apalagi, harga di tingkat peternak tetap Rp17 ribu sampai Rp20 ribu per kilogram bahkan sebelum Ramadhan.

"Empat hari yang lalu kami begitu harga naik langsung kami membentuk tim dari Kementerian Perdagangan dan dari Kementerian Pertanian dan bersama-sama langsung turun cek ke lapangan. Ternyata, harga di lapangan saat itu Rp17 ribu sampai Rp20 ribu per kilogram seperti yang disampaikan oleh pengusaha," tuturnya.

Ia mengatakan ke depan harga daging ayam diharapkan stabil, yakni di bawah Rp40 ribu per kilogram.

Menurutnya, tidak ada permainan dalam hal menahan stok ayam untuk dipotong dan didistribusikan ke lapangan.

"Tapi mulai hari ini stok normal kembali dan harga berada pada kisaran Rp17 ribu sampai Rp20 ribu per kilogram di tingkat peternak dan tidak pernah berubah. Dan alhamdulilanh kami (Kementan dan Asosiasi Perunggasan) sepakat 1-2 minggu ke depan harga ini stabil," ujarnya.

Ketua Asosiasi Rumah Potong Hewan Unggas Indonesia (ARPHUIN) Achmad Dawami mengatakan kejadian tahun ini di mana stok ayam kurang dan harga melambung tinggi merupakan pertama kali terjadi dalam 10 tahun belakangan ini.

Ia mengatakan anomali libur panjang setelah Lebaran tersebut tidak diantisipasi oleh peternak.

"Memang bisa dikatakan bahwa tahun ini adalah tahun anomali bagi pedagang unggas. Beberapa tahun, 10 tahun belakangan ini yang namanya setelah Lebaran harga ayam Itu pasti hancur di bawah HPP-nya (harga pokok produksi) peternak, hanya tahun ini kami yang kebetulan sebagai pengusaha unggas terkecoh, kami tidak mengira," katanya.

Padahal menurutnya, pihaknya memiliki ruang pendingin untuk menyimpan daging ayam sehingga dapat didistribusikan ke pasar untuk stabilitas harga.

"Padahal yang namanya potongan ayam itu kita semua punya cold storage punya ruang pendingin khusus untuk buffer stock untuk stabilitaskan harga dengan harpan turun tapi harganya tetap," tuturnya.

Ia mengatakan harga ayam yang melambung tinggi juga berkaitan dengan harga daging sapi yang sebelumnya mahal dan sempat ada pedagang mogok berjualan.

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015