Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman akan membentuk tim gabungan untuk mengkomunikasikan berbagai persoalan yang mempengaruhi kenaikan harga dan ketersediaan daging ayam.

"Kami bentuk tim gabungan dari Kementerian Pertanian dan pengusaha unggas, empat atau lima orang yang mengkomunikasikan persoalan di unggas sehingga cepat sampai ke Kementerian Pertanian," katanya pada konferensi pers usai pertemuan tertutup dengan Asosiasi Perunggasan, Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan perbedaan rantai distribusi juga mempengaruhi harga ayam potong yang sampai ke tangan konsumen di berbagai pasar.

"Jadi, tidak semuanya supply chain-nya (rantai distribusi) ini panjang ada yang pendek juga, harganya sampai Rp32 ribu, Rp33 ribu, Rp35 ribu per kilogram, ada juga yang masih panjang, nah ini harus kita benahi," ujarnya.

Ia mengharapkan tim tersebut akan mengumpulkan informasi dan permasalahan mengenai ketersediaan daging ayam di pasaran dan harganya.

"Oleh karena itu kami membentuk tim kecil, ini yang mengkomunikasikan seluruh persoalan bukan saja ayam mulai pakan seluruh masalah-masalah bila ada mudah-mudahan tidak langsung ke Kementerian Pertanian," tuturnya.

Ia mengatakan harga ayam potong diddorong agar berada di bawah Rp40.000 per kilogram.

"Tim (peternak dan pengusaha unggas) ini berjanji bahwa tidak akan menaikkan harga stabil seperti harga sebelum Ramadan," ujarnya.

Lebih lanjut ia mengatakan naiknya harga daging ayam potong tidak berkaitan dengan harga pakan.

Ia mengatakan dari diskusi dengan peternak unggas, diketahui bahwa harga pakan tidak naik di mana harga jagung kering Rp2.000 per kilogram dan harga jagung basah Rp1.500 per kilogram yang berarti harga pakan normal.

Ia mengatakan sebelumnya peternak dan pengusaha unggas berasumsi jika libur panjang Lebaran, harga ayam potong akan turun drastis dan mereka libur sehingga pemeliharaan ayam tidak dilakukan yang mempengaruhi stok.

"Karena libur panjang kemarin kita berasumi bahwa kalau sudah lebaran harga jatuh, libur mereka tidak pelihara ayam, akhirnya baru pulang, liburnya kurang lebih lima hari, satu minggu, dua minggu pulang balik, sekarang baru bisa kembali (memelihara ayam)," ujarnya.

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015