Dia bukan konservatif. Dia bukan liberal. Dia bukan Demokrat. Dia bukan Republiken. Dia bukan independen
Jakarta (ANTARA News) - Para bakal calon presiden AS kubu Republik yang popularitasnya rendah ramai-ramai menyerang bakal calon utama Donald Trump dengan meragukan "kerepublikannya" yang hanya melukiskan frustasi mereka dalam menandingi popularitas Trump, bahkan mereka menyebut Trump konservatif palsu.

Gubernur Louisiana Bobby Jindal dan mantan Gubernur New York George Pataki adalah dua kandidat yang paling keras menyerang  Trump pada debat empat kandidat yang tidak masuk debat utama karena kurang  populer.

Debat empat kandidat di Perpustakaan Kepresidenan Ronald Reagan ini diadakan mendahului debat utama yang akan dihadiri Trump dan 10 bakal calon Republik lainnya.

Untuk menghentikan laju Trump, sejumlah kandidat Republik ramai-ramai menyerang sang miliarder sebagai politisi dengan masa lalu pro-Demokrat karena mendukung pengenaan pajak yang tinggi.

Jindal, salah seorang yang paling keras mengkritik Trump, dengan cepat memakai alasan ini.

"Mari kita berhenti memperlakukan Donald Trump seorang Republiken," kata Jindal menjawab pertanyaan mengapa dia mengkritik keras bakal calon utama Republik itu.

"Dia bukan konservatif. Dia bukan liberal. Dia bukan Demokrat. Dia bukan Republiken. Dia bukan independen," kata Jindal. "Dia (hanya) percaya pada Donald Trump (dirinya sendiri)."

Pataki sama kerasnya mengkritik Trump yang secara mengejutkan telah memaksa 15 bakal calon Republik lainnya tertekan untuk menyainginya.

Pataki berjanji tidak mendukung Trump andai pengusaha ini menjadi calon presiden dari Republik untuk Pemilu November 2016, lagi pula dia menganggap Trump tak akan bergerak sejauh itu.

"Donald Trump tidak akan menjadi calon Republik. Saya jamin Anda soal itu," kata Pataki.

Dia menyatakan pengalaman Trump pada bisnis kasino di Atlantic City, New Jersey, menjelaskan tipe pengusaha seperti apa dia.

"Semua orang di kasino-kasino itu bangkrut, sekitar 5.000 orang Amerika kehilangan pekerjaannya," kata Pataki. "(Tapi) Dia tak kehilangan apa-apa. ... Dia akan melakukan apa yang sudah dilakukannya di Atlantic City untuk Amerika, dan itu bukan orang yang kita akan calonkan."

Trump juga diserang dalam soal imigran ilegal oleh Senator Lindsey Graham dari South Carolina yang selama ini mendukung reformasi imigrasi yang komprehensif. Dia menyatakan adalah tidak praktis mendeportasi 11 juta imigran ilegal di AS.

Dia sempat mengejek kegagalan Rick Santorum selagi bertugas pada 2006 dalam soal rencana imigrasi.

'Itu tak ke mana-mana," kata Graham kepada Santorum.

Tapi Graham berkilah, "Anda benar, Lindsay, itu memang tak ke mana-mana karena kita punya presiden yang mempunyai reformasi imigrasi yang lebih komprehensif dibandingkan saya."

Graham menimpali, "George W. Bush! Yang memenangkan (suara warga) Hispanik!"

Santorum mengamini, "Kita perlu memenangkan perjuangan demi rakyat Amerika."

"Hispanik juga rakyat Amerika," jawab Graham disambut tepuk tangah nan riuh.

Semua dari empat bakal calon presiden Republik peringkat rendah ini menyebut cara Presiden Barak Obama menangani ISIS di Suriah dan Irak sebagai bencana.

Graham tegas mengatakan AS mesti menambah pasukannya di Irak dari 3.500 orang menjadi 10.000 personel yang disebutnya lebih efektif dalam memerangi ISIS.

Dia juga menyeru pasukan AS dikirim ke Surih sebagai bagian dari pasukan kawasan. Dia megungkapkan keperihatinannya terhadap kemampuan ISIS dalam menyerang sasaran-sasaran di dalam negeri AS.

"Kita sedang perang saudara-saudara," kata dia.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015