Jakarta (ANTARA News) - Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Indonesia Jimly Asshiddiqie mengatakan bahwa almarhum Adnan Buyung Nasution merupakan pejuang hukum dan keadilan nasional dan patut dijadikan contoh.

"Mudah-mudahan semangat membara yang selalu ada pada dirinya bisa menjadi contoh bagi kita semua dalam upaya penegakan hukum di Indonesia," ujar Jimly saat ditemui usai acara diskusi di Gedung Dewan Pers Jakarta Pusat, Rabu.

Hal tersebut dia sampaikan untuk menanggapi kabar meninggalnya Adnan Buyung Nasution akibat penyakit gagal ginjal dan komplikasi yang dideritanya.

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu juga mengatakan, semangat almarhum Adnan baik sebagai pengacara atau tokoh hukum bisa terlihat dari kinerja Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI).

Menurut dia, apa yang dilakukan almarhum dalam upaya penegakan hukum menjadi penyeimbang dalam pergerakan idealisme dan keadilan di Indonesia.

"Ini yang membuat demonstrasi lengkap. Tidak hanya aksi, tapi juga menyumbang pemikiran yang sifatnya aktif. Itu lengkap ada dalam diri Adnan Buyung," ujarnya memaparkan.

Adnan Buyung Nasution meninggal dunia di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan, pada Rabu pagi pukul 10.15 WIB. Jenazah dibawa pulang oleh keluarga dan tiba di rumah duka pada pukul 11.30 WIB.

Adnan diketahui meninggal akibat penyakit ginjal, namun dia juga menderita berbagai penyakit seperti jantung.

Pria yang memiliki nama lahir Adnan Bahrum Nasution, lahir di Jakarta, 20 Juli 1934. Sejak muda dia sudah menjadi aktivis dan berkiprah di bidang hukum.

Pendiri Lembaga Bantuan Hukum (LBH) itu juga pernah menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bagian Hukum periode 2007-2009.

Rencananya jenazah pengacara senior tersebut akan dimakamkan besok Kamis (24/9) usia sholat Idul Adha 1436 Hijriah pukul 08.00 WIB di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan.

"Besok pagi akan dimakamkan selesai sholat Idul Adha, jenazahnya akan berada di sebelah makam ayahnya," kata anak almarhum, Rasyid Perkasa Alam Rinanda Nasution, di rumah duka, Jakarta, Rabu.

Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015