Jakarta (ANTARA News) - Sistem pengelolaan sampah kolektif berbasis komunitas, Bank Sampah, telah membantu mengolah ribuan ton sampah dalam setahun.

Sebagai gambaran, 976 bank sampah binaan Yayasan Unilever Indonesia yang tersebar di sejumlah kota pada 2014 mengolah 2.100 ton sampah dari 165.895 nasabah yang nilainya sekitar Rp2,8 miliar.

"Tahun ini kami optimistis bisa meningkat dua kali lipat karena kontribusi masyarakat yang semakin banyak untuk menjadi nasabah Bank Sampah," kata General Manager Yayasan Unilever Indonesia Sinta Kaniawati di Jakarta, Selasa.

"Ambisi kami tidak berhenti sampai di sini. Kalau bisa di setiap provinsi bisa tersentuh sistem bank sampah. Ini ilmu gratis yang bisa dipakai semua orang karena kami ingin menciptakan masyarakat yang mandiri dan kreatif demi mewujudkan Indonesia hijau dan sejahtera," katanya.

Menurut Sinta, saat ini sudah ada 1.000 bank sampah yang tersebar di Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Balikpapan, Banjarmasin, Makassar, dan Raja Ampat.

Bank Sampah Rosella di Rawa Barat, Jakarta Selatan, termasuk salah satu bank sampah yang sudah mengolah sampah dengan sistem yang terstandarisasi.

Bank sampah yang pengelolaannya melibatkan peran aktif masyarakat itu membantu terbentuknya tatanan sistem pengelolaan sampah yang lebih baik dalam masyarakat.  ( Baca juga : Investor Korea Selatan berminat kelola sampah di Solo)

Bank Sampah Rosella terbentuk tahun 2009 dan telah memiliki 165 nasabah serta mengumpulkan hingga 150 kilogram sampah per bulan.

Ketua Bank Sampah Rosella, Endarwati, menjelaskan bank sampahnya antara lain menyalurkan sampah non-organik untuk didaur ulang dan hasilnya dijual.

"Kegiatan ini turut meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggota kami dari hasil daur ulang sampah menjadi tas, dompet, celemek, hiasan, dan dekorasi sehingga mereka menjadi lebih mandiri dan kreatif," katanya.

Pewarta: Monalisa
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015