Surabaya (ANTARA News) - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro meresmikan dua kapal patroli baru yang terbesar pertama, yakni BC 60001 dan BC 60002, milik Direktorat Jendral Bea dan Cukai dengan ukuran panjang kapal 60 meter dengan lebar 8,50 meter.

"Kita sebagai bangsa patut bangga dengan telah selesainya pengerjaan kapal tebesar ini, dan kapal yang kita beli ini adalah buatan Indonesia," ucap Bambang, dalam kegiatan peresmian di Dermaga Tanjung Perak, Surabaya, Jumat, Sore.

Ia mengatakan, pembelian kapal patroli Dirjen Bea Cukai dengan sistem canggih ini adalah upaya pemerintah untuk menaikkan wibawa bangsa, agar ditakuti penyelundup yang masuk melalui perairan Indonesia.

"Mulai beroperasinya kapal ini, membuat bangsa ini semakin berwibawa dan ditakuti oleh siapa pun yang melanggar atau penyelundup. Untuk itu perlu menunjukkan bahwa kita adalah institusi yang berwibawa," katanya.

Sementara itu, Dirjen Bea Cukai, Kementerian Keuangan, Heru Pambudi mengatakan dua unit kapal ini merupakan kapal terbesar, karena sebelumnya Bea Cukai tidak memiliki kapal seukuran 60 meter, dan hanya dibawa 60 meter.

"Kita berharap dengan hadirnya dua kapal ini mudah-mudahan kapal kita bisa bersaing dengan kapal luar negeri dan mendorong industri perkapalan," katanya.

Ia menjelaskan, keberadaan kapal ini akan mendorong industri perkapalan, sebab galangan kapal di Indonesia kebanjiran pesanan.

Selain itu, komposisi kapal juga merupakan perpaduan dari bahan dalam negeri dan impor, namun kita harapkan ke depan akan menggunakan komposisi 100 persen dalam negeri.

Sementara itu, spesifikasi dua kapal patroli canggih ini yakni mempunyai fasilitas "water canon" dan Helipad atau tempat pendaratan Helikopter.

Selain itu, kapal patroli ini memiliki kecepatan maksimal 25 knot dan semburan air sepanjang 100 meter, dengan tinggi geladak utama 4,80 meter.

"Dua kapal ini akan ditempatkan di dua sektor, yakni sektor timur, dan sektor barat Tanjung Karimun untuk memantau titik rawan penyelundupan seperti di Natuna dan Kelat Karimata dan di atas Teluk Bitung," katanya.

Pewarta: Abdul Malik Ibrahim
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015