Cilacap (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla meresmikan pengoperasian kilang "Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC)" serta melakukan "ground breaking" Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC) Pertamina Refinery Unit IV Cilacap, Jawa Tengah, Kamis sore.

Selain itu, Wapres juga menyaksikan penandatanganan kontrak antara PT Pertamina (Persero) dan JGC Corporation Jepang, JGC Indonesia, serta PT Encona Inti Industri yang ditetapkan badan usaha milik negara (BUMN) tesebut sebagai pelaksana pembangunan PLBC.

Dalam kesempatan itu juga dilakukan penandatanganan "head of agreement (HoA)" antara PT Pertamina (Persero) dan Saudi Aramco untuk peningakatan kapasitas kilang Pertamina RU IV Cilacap.

Saat memberi sambutan, Wapres mengatakan bahwa kebutuhan energi bangsa Indonesia saat ini cukup besar seiring dengan pertumbuhan ekonomi, pertambahan penduduk, dan kebutuhan pembangunan.

Menurut Wapres, semua itu tentu membutuhkan suatu industri dan suatu fasilitas yang memadai secara terus-menerus.

"Kali ini kita membangun, besok kita harus membangun yang lebih baru lagi untuk memenuhi kebutuhan. Kita selalu mengetahui bahwa pada masa lalu, kita memroduksi minyak dan mengekspornya, sekarang sebagian kita impor tetapi kita berharap dengan kerja keras ini, upaya ini, segala fasilitas ini, akan memberikan kita upaya swasembada dan memenuhi kebutuhan dalam negeri, baik dari segi processing-nya juga tentu bagian lain dari industri hilir proyek-proyek kita yang hadir di sini," kata Wapres.

Kalla mengatakan bahwa salah satu yang diketahui dari sektor hilir adalah bahan bakar minyak dan gas bumi yang mengalami keterbatasan dewasa ini.

Oleh karena itu, Wapres mengharapkan Pertamina di samping melaksanakan industri bahan bakar minyak dan gas bumi tetap juga mengedepankan industri hulu sehingga bisa memenuhi kebutuhan bangsa Indonesia.

Saat ditemui wartawan usai peresmian, Wapres mengatakan bahwa bangsa Indonesia sudah lama kekurangan kapasitas dalam "refinery" dan sangat tergantung terhadap impor, baik bahan mentah maupun bahan jadinya seperti premium dan sebagainya.

"Sekarang pemerintah dan Pertamina ingin meningkatkan prestasi ini. Kita sudah resmikan TPPI (Trans-Pacific Petrochemical Indotama), menyerahkan TPPI kembali dan ini tambah lagi, kita harapkan pada 2019-2020 tidak mengimpor lagi," tegas Wapres.

Sementara dalam laporannya, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Sutjipto mengatakan bahwa dampak positif dari pembangunan RFCC Pertamina RU IV Cilacap di antaranya meningkatkan kompleksitas kilang menjadi 6,0 sehingga menjadi lebih baik dalam mengonversi "low value product" seperti LSWR (Low Sulfur Waxy Residue) menjadi "high value product" seperti gasoline, elpiji, dan propylene.

"Proyek RFCC telah dimulai dengan ground breaking pada 30 September 2011 dengan investasi senilai 846 juta dolar Amerika," katanya.

Menurut dia, proyek RFCC telah bisa beroperasi mulai 30 September 2015 dan pada hari ini (26/11) sudah dapat beroperasi dalam posisi 100 persen atau dengan kapasitas maksimal.

Dengan beroperasinya kilang RFCC, kata dia, diperoleh tambahan produk seperti elpiji sebesar 1.066 ton per hari atau 32.000 ton per bulan yang ekuivalen mengurangi 10 persen impor nasional.

Selain itu, lanjut dia, premiun RON 88 sebesar 31.000 barel per hari atau 930.000 barel per bulan yang ekuivalen mengurangi 15 persen impor nasional.

"Bersamaan dengan telah beroperasinya TPPI, Pertamina mampu mengurangi impor premium sebesar 30-35 persen, tambahan produksi solar 10.000 barel per hari atau 300.000 barel per bulan dan ekuivalen mengurangi 30 persen impor nasional. Bahkan dengan biomass 15 persen yang merupakan kebijakan pemerintah, maka pada 2016 kita tidak akan lagi impor solar," katanya.

Menurut dia, tambahan propylene sebanyak 430 ton per hari atau 12.900 ton per bulan dan HOMC (High Octane Mogas Component) tidak akan ada lagi impor.

Ia mengatakan bahwa semula impor HOMC sebesar 400.000 barel per bulan.

Dengan demikian, kata dia, ada penghematan sekitar 3,6 juta dolar Amerika per hari atau 1,1 miliar dolar Amerika per tahun.

Turut hadir dalam peresmian kilang RFCC itu, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri ESDM Sudirman Said, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, serta sejumlah anggota Komisi VI DPR RI.

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015