Jakarta (ANTARA News) - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengungkapkan bahwa praktik pencurian ikan juga diiringi oleh penyelundupan barang dan manusia ke Indonesia.

"Kegiatan illegal fishing ini menarik semua kejahatan lainnya seperti penyelundupan, mulai dari barang yang seharusnya tidak boleh ke Indonesia, obat dan bahkan manusia," kata Susi pada sebuah acara di Jakarta, Jumat.

Tidak hanya penyelundupan, pencurian ikan juga mengambil sumber daya alam berupa hewan laut yang dilindungi seperti penyu dan lumba-lumba, selain juga satwa-satwa darat eksotik seperti burung langka.

"Jumlahnya luar biasa, satu perusahaan saja bisa menangkap 3,5 juta ton. Mereka menghancurkan terumbu karang, mereka gali semua yang ada di bawah laut, bahkan menangkap penyu dan lumba-lumba," sambung Susi.

Karena praktik ilegal itu telah merampok negara bersumber daya alam melimpah seperti Indonesia, Susi tak ingin praktik "Illegal, Unreported and Unregulated/IUU Fishing" berlanjut.

Susi merasa getir karena mendapati Indonesia yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia hanya mampu menduduki posisi ketiga di ASEAN dalam ekspor produk perikanan.

"Di lapangan, saya tanya kapten kapal langsung, rata-rata mendapat 10 kali jumlah yang diperbolehkan. Nelayan lokal hanya menangkap ikan buat diri sendiri saja, tak mampu penuhi kebutuhan hidup," ujar Susi.

Akibatnya, anak Indonesia kekurangan sumber protein dan pertumbuhannya tidak sebaik anak-anak bergizi di negara lain.

"Survei membuktikan satu dari tiga anak Indonesia itu kecil. Itu sinyal bahwa kita punya masalah di makanan, tak cukup protein. Setiap negara, rata-rata orangnya bisa tumbuh lebih tinggi. Di Jepang bahkan mencapai setengah centimeter lebih tinggi. Itu salah satu alasan saya melarang transhipment dan memoratorium izin kapal," kata Susi.

Susi juga memaparkan pentingnya menjaga kelestarian laut dan alam untuk mengurangi dampak buruk perubahan iklim, selain bisa menjaga ketahanan pangan.

"Memelihara dan melindungi lingkungan akan menjaga bisnis para pengusaha juga sebetulnya," pungkas Susi.

Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015