Ini juga langkah penting dalam membangun kembali kekuatan modern."
Beijing (ANTARA News) - Presiden Tiongkok Xi Jinping selaku Pemimpin Tertinggi Partai Komunis Tiongkok (PKT) dan Ketua Komite Militer Pusat (KMP) meresmikan dua kekuatan baru di tubuh militernya, yakni Pasukan Roket dan Pasukan Pendukung Strategis guna mewujudkan militer yang kuat dan modern.

Pembentukan dua kekuatan di tubuh Tentara Pembebasan Rakyat (People's Liberation Army/PLA) tersebut merupakan bagian dari komitmen Beijing untuk melakukan reformasi besar-besaran di tubuh militernya, sejak November 2015 demikian pernyataan tertulis Kementerian Pertahanan Tiongkok, yang diterima ANTARA News di Bejing, Sabtu.

Pasukan Roket sebelumnya bernama Pasukan Arteleri Kedua, yang merupakan pasukan khusus langsung di bawah pengawasan dan komando KMP guna melaksanakan serangan balik saat Tiongkok berada dalam kondisi bahaya.

Pasukan Arteleri Kedua yang dibangun Tiongkok untuk mematahkan monopoli penguasaan senjata nuklir oleh sejumlah negara besar, yang diperkirakan memiliki sedikit-dikitnya 240 senjata nuklir dan 3.000 hulu ledak.

Dengan nama baru Pasukan Roket, maka keberadaannya semakin kuat dengan penggabungan pasukan khusus dari darat, laut dan udara, sehingga menjadi pasukan daya tangkal.

Sedangkan, Pasukan Pendukung Strategis bertugas untuk melaksanakan dukungan kepada setiap unit strategis militer, terutama secara elekronik.

"Pembentukan Pasukan Roket, dan Pasukan Pendukung Strategis, adalah keputusan besar yang dibuat oleh Komisi Militer Pusat untuk mewujudkan impian tentara yang kuat. Ini juga langkah penting dalam membangun kembali kekuatan modern," kata Presiden Xi.

Selain itu, Tiongkok juga telah menyiapkan pedoman pelaksanaan reformasi di tubuh militernya, yang antara lain mencatat apa saja yang harus dilakukan, bagaimana reformasi dilakukan, apa saja tahapannya,  sehingga akan terwujud pada 2020, kata juru bicara Kementerian Pertahanan Tiongkok Yang Yujun.

Terkait reformasi tersebut, Tiongkok juga berencana memangkas personel militernya sebanyak 300.000 personel, dan akan merampingkan tujuh daerah komando militer yang tersebar di beberapa wilayah menjadi satu kesatuan di bawah satu kendali komando.

Reformasi tersebut bertujuan membangun militer Tiongkok, yang efektif, efisien, modern dan kuat, terutama dalam menghadapi peperangan berbasis informasi, demikian Yang Yujun.

Selain melakukan perombakan di tubuh militernya, Tiongkok juga telah bersiap membangun kapal induk kedua.

Pewarta: Rini Utami
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016