Jakarta (ANTARA News) - Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Achmad Baiquni menilai bahwa ruang bagi Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga acuan (BI rate) cukup terbuka pada tahun 2016.

"Tingkat inflasi pada tahun lalu yang rendah serta proyeksi untuk 2016 ini juga tidak terlalu tinggi, saya sebagai pelaku bisnis melihat ada ruang penurunan BI rate sebesar 25 basis points (bps)," ujar Achmad Baiquni di Jakarta, Selasa.

Di sisi lain, menurut dia, melalui kebijakan penurunan BI rate maka juga akan membuka peluang bagi Indonesia untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 ini mengingat pemerintah cukup komitmen dalam melaksanakan percepatan penggunaan anggaran belanja modal, terutama untuk pembangunan infrastruktur.

"Pada awal tahun ini pemerintah telah melakukan percepatan penggunaan anggarannya," katanya.

Penurunan BI rate, lanjut Achmad Baiquni, biasanya juga akan diikuti oleh penurunan suku bunga dana yang akhirnya menurunkan biaya pinjaman bagi pelaku usaha. Dengan begitu aktifitas ekonomi domestik akan menggeliat.

Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17 Desember 2015 lalu memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50 persen. Bank Indonesia memandang bahwa ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter semakin terbuka dengan terjaganya stabilitas makroekonomi, khususnya inflasi akhir tahun 2015 yang terjaga.

Sedianya, pada 13-14 Januari 2016 Bank Indonesia akan melaksanakan RDG untuk menetapkan kebijakan umum di bidang moneter, salah satunya mengenai BI rate.

Sebelumnya, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio juga mengatakan bahwa dengan laju inflasi Indonesia pada tahun 2016 ini yang masih terjaga di tingkat rendah maka terdapat ruang bagi Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan.

"BI Rate saat ini sudah terlalu tinggi sehingga kurang menarik bagi dunia usaha. Tingginya BI Rate dapat menahan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Diharapkan level BI Rate bisa disesuaikan seperti di tahun-tahun sebelumnya, di mana jarak antara inflasi dan BI Rate tidak lebih dari 2 persen," ujarnya.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016