Rini Anggraeny petugas retribusi objek wisata itu, Minggu, mengatakan keberadaan bunga langka itu mampu menarik lebih banyak wisatawan ke objek wisata yang menawarkan air terjun dan bendungan irigasi peninggalan kolonial Belanda itu.
"Biasanya pengunjung hanya datang untuk bermain air, tapi sekarang ada objek tambahan yaitu habitat rafflesia jenis gadutensis," katanya di lokasi wisata Kemumu.
Ia mengatakan kelompok Karang Taruna Kelurahan Kemumu, Bengkulu Utara baru menemukan dua lokasi habitat bunga rafflesia di lokasi itu. Dua tahun terakhir, bunga berukuran raksasa itu mekar bergantian di dua lokasi tersebut.
Lokasi bunga yang tengah mekar menurutnya sangat mudah dijangkau pengunjung sebab jaraknya hanya 20 meter dari gerbang objek wisata.
"Tidak jauh dari gerbang tapi posisinya di tebing hutan jadi pengunjung harus berhati-hati menuju lokasi. Untuk memudahkan akses ke lokasi, kami sudah membuat tangga dari kayu," katanya.
Pengurus Komunitas Peduli Puspa Langka (KPPL) Bengkulu Utara, Septian Andriki mengatakan habitat bunga rafflesia itu menambah daya tarik objek wisata andalan Bengkulu Utara tersebut.
"Kami juga menemukan habitat bunga bangkai atau Amorphophallus titanum di area wisata ini sehingga memperkaya objek wisata yang dapat ditawarkan kepada wisatawan," katanya.
Ia mengatakan di lokasi bunga mekar itu masih ditemukan sejumlah bonggol atau calon bunga yang diperkirakan mekar dalam beberapa pekan mendatang.
Salah seorang pengunjung, Sudung mengaku mendatangi area wisata itu untuk melihat bunga Rafflesia gadutensis yang tengah mekar sempurna.
"Selama ini baru bisa melihat rafflesia jenis arnoldii jadi ini kesempatan untuk melihat jenis lain, Rafflesia gadutensis," katanya.
Berdasarkan data KPPL Bengkulu, masih ada empat jenis rafflesia yang tumbuh di hutan wilayah ini antara lain jenis Rafflesia arnoldii, Rafflesia bengkuluensis, Rafflesia hasselti dan Rafflesia gadutensis.
Beragam jenis rafflesia tersebut dibedakan oleh ukuran atau diameter bunga, corak pada kelopak dan perigon serta bagian bunga lainnya.
Pewarta: Helti Marini Sipayung
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016
