Jakarta (ANTARA News) - Akhir pekan lalu, Toyota Indonesia kedatangan petinggi dari Toyota Motor Corp (TMC) Jepang, Senior Managing Officer, Mitsuru Kawai. Tentu ada alasan dan momentum yang cukup kuat yang terjadi dalam industri otomotif di Indonesia, khususnya, pabrik Toyota di Indonesia, sehingga salah satu pimpinan TMC bersedia datang ke negeri ini.

Pada Senin (7/3) PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) rupanya akan meresmikan pabrik mesin baru di Karawang, Jawa Barat, yang merupakan pabrik mesin ke-2 setelah di Sunter, Jakarta.

Pada rangkaian kunjungannya itu, Mitsuru Kawai, Jumat (4/3) berbagi pengalaman dengan para siswa di Toyota Indonesia Academy (TIA) yang berlokasi di kawasan pabrik Toyota di Karawang. TIA merupakan akademi manufaktur yang merekrut lulusan sekolah menengan kejuruan (SMK) yang ingin mendalami keahlian di bidang otomotif.

Pendirian lembaga pendidikan tersebut juga bagian dari prinsip Toyota untuk membangun manusia yang trampil sebelum membuat mobil. "Adalah manusia yang membuat mobil. Tidak ada jalan untuk membuat mobil tanpa membangun dan mengembangkan manusia," kata Kawai pada wawancara ekslusif dengan Antaranews dan Redaktur Senior Harian Kompas Pieter Gero, di Jakarta, Jumat.

Pengembangan SDM Dalam wawancara yang lebih seperti sebuah diskusi santai sekitar satu jam, Kawai yang mengawali karier di Toyota Motor Corp (TMC) pada 1966 -- ketika ia berusia 15 tahun -- nampak paham betul pentingnya pengembangan sumber daya manusia (SDM) sebagai fondasi memenangkan persaingan global, meskipun perakitan mobil saat ini lebih banyak mengandalkan robot dibandingkan manusia.

Menurut dia, justru untuk menghasilkan produksi yang efisien dan mobil yang lebih berkualitas lagi, keahlian manusia memainkan peranan sangat penting. Toyota menempatkan pemberdayaan dan pengembangan manusia (Hitozukuri) sebagai prioritas sebelum membuat produk/barang (mobil) yang unggul (monozukuri).

Mereka dilatih dan dikembangkan ketrampilan dan pengetahuannya, serta dipacu untuk mencari solusi guna mempermudah cara kerja dan melakukan perbaikan terus menerus (kaizen). "Sejak 3-4 tahun lalu ada pabrik (Toyota) yang orang-orang yang disuruh kerja secara manual, mengerahkan pemikiran dan kemampuan mereka untuk mencari cara kerja yang memudahkan dia untuk bekerja," kata Kawai.

Menurut Kawai dengan melakukan pekerjaan perakitan manual, seorang pekerja akan mendapat pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam memori mereka, kemudian melakukan perbaikan untuk mendapatkan cara kerja terbaik, terefisien, yang kelak dituangkan dalam otomatisasi perakitan melalui robot.

Hal yang sama juga dilakukan Toyota di bagian pengecatan. Seorang ahli akan mengecat mobil secara manual, dan kemudian dipelajari cara-cara terbaik agar tidak ada cat yang terbuang ketika kelak pengecatan dilakukan dengan robot.

"Dengan cara itu, "line' (produksinya) bisa lebih efisien dan bisa menghasilkan kualitas terbaik. Jadi kekuatan perusahaan kami di situ," ujar Kawai.

Otomatisasi, lanjut dia, tidak berarti pekerjaaan oleh manusia terhenti, bahkan terus berevolusi mencari cara terbaik dan terefisien dalam produksi dan menghasilan kendaraan yang unggul melebihi model pada jamannya.

"Setelah tercapai kaizen, kaizen, kaizen lagi," ujar lulusan Toyota Technical Skill Academy tahun 1966 itu. Indonesia Lebih jauh, ia menilai, SDM Indonesia cukup handal menggunakan tangan mereka dalam memproduksi suatu barang termasuk mobil, sebagaimana kebanyakan orang lain di Kawasan Asia.

Hal itu setidaknya terbukti, saat ini Indonesia menjadi salah satu basis produk Toyota yang penting di luar Jepang, baik untuk pasar domestik maupun ekspor. "Toyota Indonesia bisa menjadi hebat dan nomor satu," ujar Deputi Chief Officer Vehicle Production Engineering & Manufacturing Group TMC itu.

TMC saat ini memiliki pabrik yang tersebar di 27 negara. Ia yakin tangan trampil SDM yang bekerja di Toyota Indonesia mampu menciptakan kendaraan sendiri yang beda dengan negara lain. Bahkan mampu mengatasi masalah yang ada di perakitan untuk menghasilkan efisiensi dan produk berdaya saing tinggi.

"Harapan kami sebisa mungkin pekerja Indonesia melakukan improvement sendiri, bisa menciptakan sendiri kendaraan (beda) dari yang diciptakan orang lain," katanya. Sejauh ini, menurut, Presdir PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Masahiro Nonami, Toyota Indonesia setidaknya sudah membuat dua mobil yang khas sesuai dengan selera masyarakat setempat, bahkan kini sudah diekspor ke mancanegara.

"Toyota Kijang (Innova) dan Avanza merupakan kreasi Indonesia yang sekarang go internasional," katanya. Hal itu, sesuai dengan filosofi pendiri Toyota Sakichi Toyoda "buatlah kendaraan yang memudahkan hidup lebih baik lagi." Selain itu, yang juga jadi pegangan Toyota yang disebarkan keseluruh pabriknya di dunia adalah membuat kendaraan yang betul-betul yang bisa memenuhi harapan global.

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016