Mataram, NTB (ANTARA News) - Pemerintah Kota Mataram, NTB, mengusulkan bekas Bandara Selaparang dapat dihidupkan untuk penerbangan jarak pendek. "Agar dapat memberikan dampak baik secara ekonomi maupun secara visual bisa terpelihara," kata Wakil Wali Kota Mataram, Mohan Roliskana, di Mataram, Jumat.

Sebelum ada Bandara Internasional Lombok di Kabupaten Lombok Tengah, Bandara Selaparang yang ada di tengah Mataram menjadi satu-satunya bandara di sana. 

Aktivitas penerbangan dari dan menuju Bandara Selaparang cukup tinggi mengingat Pulau Lombok dan NTB juga tujuan wisata penting Indonesia. 

Pernyataan tersebut dia kemukakan menanggapi lahan bekas Bandara Selaparang saat ini kurang dioptimalkan.

Berdasarkan rencana tata ruang kota dan wilayah, tidak boleh ada pembangunan secara masif di lahan bekas Bandara Selaparang dengan luas sekitar delapan Hektare itu. 

Pasalnya, kawasan itu daerah resapan air sehingga harus dipertahankan, agar kawasan itu tetap bisa memberikan kontribusi sebagai ruang terbuka hijau (RTH).

"Kalau sampai ada pembangunan yang dilakukan secara masif dikhawatirkan bisa mempengaruhi aspek lingkungan dan ekologis," sebutnya.

Terkait dengan itu, Roliskana berharap agar pihak PT Angkasa Pura I bisa lebih mengoptimalkan keberadaan bekas Bandara Selapang, salah satunya dengan melanyani penerbangan rute pendek.

Dia mengakui, saat ini keberadaan bekas Bandara Selaparang sudah difungsikan sebagai sekolah penerbangan oleh Lombok Institute of Flight Technology. Hal ini dianggap kurang memberi dampak ekonomi dan bisnis. 

Di banyak negara, bandara-bandara dibangun di luar kawasan pemukiman mengingat faktor resiko kecelakaan penerbangan yang bisa terjadi. 

Bandara Kemayoran yang dibangun tepat di tengah Jakarta, sebagai misal, yang diubah menjadi kawasan pemukiman dan akses transportasi umum Jakarta. 

Akan tetapi, ada beberapa bangunan bersejarah yang harus dipertahankan karena menorehkan sejarah penerbangan nasional, semisal gedung pengendali udara penerbangan. Nasib sama juga terjadi di Bandara Polonia, Medan. 

Pewarta: Nirkomala
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016