Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia menilai target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3 persen masih memungkinkan dicapai hingga akhir 2016 dengan memerlukan dorongan salah satunya percepatan pencairan anggaran.

"Di kuartal I pencairan anggaran di daerah masih rendah, harus didorong terus mudah-mudahan kuartal III dan kuartal IV bisa lebih baik sehingga untuk mencapai 5,2-5,3 persen masih sesuatu yang mungkin dicapai. Kalau untuk mencapai 5,6 persen saat ini masih terlalu awal," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara pada peluncuran BINDESIA di Cilangkap, Depok, Jawa Barat, Sabtu.

Mirza mengatakan percepatan pencairan anggaran harus didorong oleh setiap departemen, kementerian dan pemerintah daerah sehingga ada harapan pertumbuhan ekonomi lebih baik pada kuartal II dibandingkan kuartal I yang hanya mencapai 4,92 persen.

Menurut dia, perlambatan ekonomi pada kuartal I tidak hanya terjadi di Indonesia, misalnya saja negara tetangga seperti Singapura hanya tumbuh sekitar 1 persen, Thailand di bawah 2 persen, bahkan Tiongkok hanya sekitar 6,5 persen.

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok ini turut berimbas pada turunnya harga komoditas secara signifikan seperti pada tambang dan perkebunan hingga 70-80 persen.

Turunnya harga komoditas pun berpengaruh pada wilayah penghasil komoditas sejenis, seperti Sumatra dan Kalimantan yang masing-masing menyumbang 20 persen dan 9 persen perekonomian Indonesia.

Selain perekonomian Tiongkok yang melambat, pengaruh perlambatan ekonomi Indonesia juga dipengaruhi oleh bank sentral Amerika Serikat The Fed yang menaikkan suku bunga sehingga menyebabkan gejolak moneter di berbagai negara.

"Perlambatan terlalu dalam ini ditambah gejolak suku bunga Amerika yang terjadi pada 2013-2015. Kedua faktor ini yang membuat perlambatan ekonomi," ujar Mirza.

Meski demikian, ia tetap optimistis target pertumbuhan ekonomi 5,3 persen dapat tercapai karena perekonomian Tiongkok mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan sehingga harga sejumlah komoditas, seperti kelapa sawit, karet, nikel dan timah mulai meningkat walaupun belum signifikan.

Penundaan kenaikan suku bunga The Fed juga membuat kurs lebih stabil sehingga industri manufaktur di Pulau Jawa yang memerlukan barang impor dapat beraktivitas kembali dan menyumbang 60 persen perekonomian Indonesia.

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016