Masih adanya sentimen dari The Fed itu menahan rupiah untuk dapat bergerak di area positif dalam jangka pendek
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi melemah 86 poin menjadi Rp13.573 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.487 per dolar AS.

Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Pryambada di Jakarta, Jumat mengatakan bahwa nilai tukar rupiah melemah dipengaruhi oleh respon pelaku pasar uang terhadap rilis risalah pertemuan Komisi Pasar Bebas Federal (FOMC) yang memberi sinyal kenaikan suku bunga acuan.

"Masih adanya sentimen dari The Fed itu menahan rupiah untuk dapat bergerak di area positif dalam jangka pendek," katanya.

Ia menambahkan bahwa ekspektasi kenaikan suku bunga AS itu memicu keluarnya dana asing dari dalam negeri untuk berpindah ke Negeri Paman Sam sehingga menempatkan dolar AS mengalami apresiasi terhadap mayoritas mata uang utama dunia, termasuk rupiah.

Ia mengharapkan bahwa pelaku pasar tidak terlalu berlebihan dalam menanggapi rencana bank sentral AS itu mengingat hal itu masih berupa wacana. Di sisi lain, Bank Indonesia juga telah siap melakukan pelonggaran moneter lanjutan, situasi itu dapat menjadi katalis menopang mata uang domestik ke depannya.

Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere menambahkan bahwa sentimen positif juga datang dari pemerintah yang optimistis kebijakan bank sentral AS dapat diimbangi oleh kebijakan pengampunan pajak dan perbaikan peningkatan peringkat rating dari Standard and Poors (S&P).

Hingga saat ini, lanjut dia, realisasi pembiayaan dalam APBN 2016 sudah mencapai 55 persen dari rencana total bruto penerbitan surat berharga negara (SBN) Rp556 triliun. Diharapkan, sentimen itu dapat menjaga laju perekonomian Indonesia.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016