New York (ANTARA News) - Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) pada Selasa (7/6) ditutup di atas 50 dolar AS per barel untuk pertama kalinya sejak Juli karena pengetatan pasokan dan pelemahan lebih lanjut dolar AS mendorong komoditas-komoditas utama.

Kenaikan harga hingga melampaui 50 dolar AS per barel menandai pemulihan dramatis dari Januari dan Februari, ketika minyak mentah terjun bebas menjadi hampir 25 dolar AS per barel, mencapai posisi terendah yang tidak terlihat sejak 2003 dan mengirim gelombang kejut ke seluruh industri minyak, yang telah memaksa pemutusan hubungan kerja besar-besaran dan banyak kebangkrutan.

Tetapi harga masih jauh di bawah tingkat 100-plus dolar AS selama lebih dari dua tahun lalu, sebelum realisasi kelebihan pasokan global yang besar dan pelambatan pertumbuhan ekonomi melanda pasar minyak mentah dunia.

Patokan Amerika Serikat, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), untuk pengiriman Juli naik 67 sen menjadi berakhir di 50,36 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, menutup reli dari level rendah 25 dolar AS per barel pada Februari.

Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus naik 89 sen menjadi menetap di 51,44 dolar AS per barel, mencapai titik tertinggi 2016 untuk sesi kedua berturut-turut.

Harga minyak secara umum telah bergerak lebih tinggi sejak awal April, dan menjadi kian cepat naik bulan lalu, akibat gangguan pasokan karena kebakaran hutan di Kanada dan serangan militan terhadap fasilitas minyak Nigeria.

Itu telah menggeser dinamika pasar yang mulai jatuh dari 100 dolar AS lebih per barel pada pertengahan 2014 akibat lonjakan pasokan di Amerika Serikat, didorong oleh revolusi fracking, dan keputusan berulang Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) menentang pengurangan produksi.
 


Produksi Nigeria


Para analis mengatakan ketidakpastian yang sedang berlangsung tentang prospek produksi minyak Nigeria memperkuat pasar minyak.

Para pemimpin pemerintahan dan militer Nigeria bertemu dengan para gubernur negara bagian penghasil minyak setelah mengumumkan rencana perundingan perdamaian dengan gerilyawan yang telah berulang kali menyerang jaringan pipa dan instalasi minyak sehingga mengurangi produksi.

Serangan-serangan gerilyawan telah memangkas produksi minyak Nigeria menjadi 1,6 juta barel per hari, jauh di bawah 2,2 juta barel per hari yang dianggarkan, menumpuk tekanan lebih lanjut pada perekonomian yang sangat terpukul akibat krisis pasar minyak mentah.

"Hilangnya pasokan dari Nigeria sangat penting pada beberapa perhitungan," kata Bjarne Schieldrop, kepala analis di Commodities SEB Markets.

"Pertama, itu tentu saja membantu memperketat pasar. Kedua, minyak mentah Nigeria jenisnya light dan sweet, dengan demikian kualitasnya sebanding dengan minyak mentah Brent.

"Para analis mengatakan kenaikan harga minyak juga didorong oleh penurunan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama lainnya setelah Ketua Federal Reserve Janet Yellen pada Senin menekankan bahwa kenaikan suku bunga akan dilakukan secara bertahap setelah laporan ketenagakerjaan yang sangat lemah pada Jumat lalu.

Pelemahan dolar dapat meningkatkan permintaan untuk minyak mentah, yang dijual di pasar global dalam mata uang AS.

"Bagian yang baik dari apa yang kami lihat selama beberapa hari terakhir adalah reaksi terhadap antisipasi Fed tidak akan mengubah suku bunganya dan itu mendorong dolar lebih lemah," kata James Williams dari WTRG Economics sebagaimana dikutip kantor berita AFP. (Uu.A026)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016