Jakarta (ANTARA) - Ekonom Mari Elka Pangestu mengingatkan pemerintah Republik Indonesia mengenai gejolak harga minyak dunia akibat konflik antara Iran dan Israel yang akan memengaruhi perekonomian tanah air.

“Gejolak harga minyak, inflasi, dan gejolak harga komoditi yang lain juga akan memengaruhi Indonesia,” kata Ekonom Mari Elka dalam acara daring Eisenhower Fellowships Indonesia Alumni Chapter mengenai Ngobrol Seru Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi RI yang disaksikan secara daring di Jakarta, Senin.

Mari menuturkan pasca serangan Iran ke Israel, terdapat kemungkinan terjadinya eskalasi yang berdampak pada ketidakpastian dan ketegangan serta berpengaruh kepada ekonomi dunia serta Indonesia.

Salah satunya yang akan terkena dampak adalah jalur perdagangan global di Terusan Suez, Swiss yang merupakan jalur perdagangan utama antara Eropa dan Asia. Sehingga, Indonesia perlu mempunyai analisa mengenai kemungkinan eskalasi itu meningkat.

Dampak konflik tersebut disebutnya tentu akan berpengaruh pada nilai tukar Rupiah yang kini sudah melemah dan lebih jauh lagi akan berdampak pada penurunan bond yield dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

“Dengan harga minyak di luar hal terkait dengan inflasi dan harga produksi naik, tentunya masalah kepada anggaran dan fiskal. Defisit anggaran dan fiskal karena kalau harga naik tentunya subsidi BBM juga akan naik ya kecuali harga BBM-nya mau dinaikkan,” ucapnya.

Oleh karena itu, Mari mengingatkan agar pemerintah baik era kepemimpinan Presiden Jokowi maupun presiden yang baru untuk memperhatikan dengan seksama dampak dari konflik bilateral yang akan berdampak pada dunia global tersebut.

“Kalau terjadi inflasi, pemerintah yang baru yang akan masuk di bulan Oktober akan mengalami ketidakpastian yang tinggi. Harga minyak yang tinggi di mana dilema kembali lagi mengenai subsidi BBM. Kalau kita pernah membayangkan mungkin itu satu hal yang perlu dilakukan mengurangi subsidi BBM, ini harus dipertimbangkan,” tuturnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa saat ini dunia tengah menunggu sikap Israel terhadap Iran yang meluncurkan puluhan pesawat nirawak (drone) dan rudal ke arah Israel. Kendati demikian, para analis memprediksi tingkat eskalasi rendah karena tidak ada pihak yang menginginkan eskalasi tersebut terjadi, terutama Amerika Serikat.

Hal itu lantaran Amerika Serikat harus mengeluarkan banyak sumber daya bilamana eskalasi terjadi dan di sisi lain Amerika Serikat tengah berada pada masa pemilihan umum yang membuat Joe Biden harus berhati-hati dalam mengambil sikap agar dapat terpilih kembali menjadi presiden.

“Diperkirakan harga minyak akan naik, inflasi akan meningkat, dan ada yang mempunyai pandangan bahwa mungkin Iran sengaja melakukan ini untuk mengganggu keadaan dunia terutama dampaknya kepada Amerika dengan terjadi kenaikan harga minyak, inflasi itu akan sangat mengganggu ekonomi Amerika,” jelasnya.

Baca juga: Dirjen Migas: Harga minyak bisa capai 100 dolar AS per barel
Baca juga: Analis: Konflik Iran-Israel berpotensi bawa dampak ekonomi-politik
Baca juga: Sekjen PBB: Timteng terancam konflik besar jika eskalasi berlanjut


Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2024