Karawang (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik Kabupaten Karawang, Jawa Barat, menyatakan aksi menjual gabah kalangan buruh tani dari bagi hasil panen dengan pemilik sawah memicu penurunan harga gabah.

"Upah buruh tani di Karawang sebenarnya bagi hasil panen. Jadi dari pekerjaannya sebagai buruh tani, mereka tidak mendapatkan uang, tapi mendapatkan gabah," kata Kepala Badan Pusat Statistik setempat Annazri di Karawang, Rabu.

Kalangan buruh tani di daerah tersebut terpaksa menjual gabah dari bagi hasil panen dengan pemilik sawah, karena mereka membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Atas dasar kebutuhan itu, maka kalangan buruh tani berani menjual gabah dari bagi hasil panen dengan pemilik sawah dengan harga yang relatif murah.

"Seharusnya memang kalangan buruh tani membawa gabah ke rumahnya, bukan uang. Tapi mereka membutuhkan uang untuk memenuhi keperluan hidupnya, jadi gabah dari bagi hasil panen itu dijual agar mereka pulang membawa uang," katanya.

Menurut dia, kalangan buruh tani tidak mematok harga saat menjual gabah dari bagi hasil panen dengan pemilik sawah, karena penjualan gabah itu dilakukan atas dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Sehingga kemungkinan besar kalangan buruh tani tersebut menjual gabahnya dengan harga murah. Kondisi itu cukup mempengaruhi harga gabah di lapangan, sehingga harga gabah menjadi murah.

Annazri mengaku pihaknya belum melakukan survei secara serius mengenai hal tersebut, tetapi kondisi tersebut hampir selalu terjadi setiap musim panen.

Sementara itu, dilaporkan saat ini harga gabah di dua kecamatan sekitar Karawang, yakni di Kecamatan Batujaya dan Pakisjaya, harga gabah anjlok hingga mencapai Rp3.000 per kilogram.

Sedangkan di tempat lain, yakni di sekitar Kecamatan Tempuran, harga gabah mencapai Rp3.900 - Rp4.200 per kilogram.

Pewarta: M. Ali Khumaini
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016