Washington (ANTARA News) - Seorang warga negara AS termasuk di antara mereka yang tewas dalam serangan milisi di Bangladesh, menurut Departemen Luar Negeri AS, Sabtu.

"Kami dapat mengkonfirmasi bahwa seorang warga negara AS juga di antara mereka yang tanpa alasan dibunuh dalam serangan ini," kata departemen itu dalam sebuah pernyataan, yang tidak memberikan rincian lainnya tentang identitas warga negara AS.

Sementara itu pada Sabtu, serangan atas sebuah kedai di Dhaka, ibu kota Bangladesh, merenggut 26 jiwa termasuk enam penyerang bersenjata.

Brigadir Jenderal (AD) Naim Asraf Chowdhury mengatakan dalam jumpa pers bahwa 13 orang diselamatkan termasuk seorang warga Jepang dan dua warga Sri Lanka.

Tentara merampungkan sebuah operasi untuk membersihkan kafe itu pada Sabtu setelah pengepuangan selama 12 jam yang mulai berlangsung ketika sekelompok pria bersenjata menyerbu rumah makan itu, yang terkenal di kalangan warga negara asing pada Jumat malam.

Dilaporkan dari Kairo bahwa kelompok IS mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap sebuah kafe di Dhaka, Bangladesh, pada Jumat, tempat orang-orang bersenjata menahan sandera saat polisi mengepung gedung, menurut kantor berita Amaq.

Amaq juga mengatakan 24 orang tewas dan 40 luka-luka, beberapa dari mereka adalah warga negara asing, dalam serangan itu.

Polisi Bangladesh, namun, melaporkan bahwa hanya dua polisi ditembak mati dan setidaknya 15 orang terluka. Polisi mengatakan mereka mencoba untuk membebaskan para sandera dengan damai.

Dalam aksi kekerasan milisi terbaru yang terjadi di negara Asia Selatan, polisi mengatakan delapan sampai sembilan orang bersenjata menyerang restoran Holey Artisan di wilayah kelas atas Gulshan, Dhaka.

Para penyerang, diyakini membawa senapan serbu dan granat, melakukan baku tembak sporadis dengan polisi di luar gedung, beberapa jam setelah serangan itu dimulai sekitar pukul 21:00 waktu setempat.

Bangladesh telah mengalami peningkatan kekerasan milisi di satu setengah tahun lalu, dengan serangkaian serangan mematikan yang menargetkan ateis, gay, kaum liberal, orang asing dan anggota minoritas agama di negara mayoritas Muslim itu.

Di negara berpenduduk 160 juta orang itu kekerasan biasanya bersifat individu, sering kali menggunakan parang, namun serangan di restoran adalah kejadian yang langka dari operasi yang lebih terkoordinasi.

Baik kelompok IS dan Alqaida telah mengaku bertanggung jawab atas banyak pembunuhan, meskipun pihak berwenang setempat mengatakan tidak ada hubungan operasional antara milisi Bangladesh dan jaringan milisi internasional, demikian Reuters melaporkan.

(G003)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016