Dhaka (ANTARA News) - Pasukan keamanan Bangladesh menewaskan 11 anggota kelompok garis keras, Sabtu, yang dianggap melakukan serangan terhadap kafe di Dhaka pada Juli, yang mengakibatkan 11 orang tewas, sebagian besar warga asing.

Sebelas orang diyakini anggota Jamaatul Mujahidin Bangladesh (JMB) tewas dalam tiga penggerebekan di tempat persembunyian kelompok garis keras di pinggiran ibu kota, kata pernyataan Menteri Dalam Negeri Asaduzzaman Khan kepada sejumlah wartawan.

Tujuh anggota kelompok itu tewas dalam penggerebekan di salah satu tempat persembunyian setelah polisi mendapatkan petunjuk bahwa kepala JMB satuan Dhaka dan rekannya berada di tempat itu.

"Kami minta mereka menyerah, namun mereka melepaskan tembakan kepada petugas kami, yang mengakibatkan mereka melakukan balasan," kata Khan.

Serangan 1 Juli 2016 di markas diplomatik di Dhaka didaku oleh kelompok garis keras ISIS dan salah satu yang paling keras di Bangladesh dan melakukan serangan dengan pembunuhan membabi buta terhadap orang-orang berpikiran liberal dan anggota kelompok agama minoritas pada tahun lalu.

Pemerintah Bangladesh menuduh kelompok militan setempat, namun para pejabat keamanan menganggap skala dan kecanggihan serangan Juli itu mengarah pada jaringan garis keras trans-nasional.

Polisi menewaskan lebih dari 30-an terduga kelompok garis keras dalam baku tembak sejak serangan kafe di Dhaka, termasuk orang yang diduga sebagai dalang kelahiran Bangladesh dan berkewarganegaraan Kanada, Tamim Ahmed Chowdhory.

Amerika Serikat meyakini unsur ISIS berkaitan dengan operasi di Bangladesh, demikian kata Menteri Luar Negeri AS John Kerry saat mengunjungi Dhaka pada Agustus lalu.

Sasaran terhadap orang asing akan mengganggu investasi asing di negara miskin di Asia Selatan tersebut yang ekspor industri garmennya senilai 28 miliar dolar AS menjadikannya sebagai negara terbesar kedua pengekspor garmen.

Sembilan warga negara Italia, tujuh warga Jepang, seorang warga AS, dan seorang warga India berada di antara korban tewas dalam serangan pada Juli itu, demikian Reuters melaporkan.

(M038)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016