Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan setiap upaya pembebasan sandera warga negara Indonesia, baik di Malaysia maupun Filipina selalu penuh dengan risiko.

"Setiap tindakan itu punya risiko, kalau bernegosiasi seperti apa yang dilakukan (permisif) maka risikonya (pembajakan) berulang. Kalau sama sekali tidak ada negosiasi, maka risikonya jiwa. Nah, sekarang pilihannya mau apa? Jadi masyarakat harus tahu ini, tidak ada yang tanpa risiko," kata Wapres Jusuf Kalla di Istana Wapres Jakarta, Selasa.

Wapres menjelaskan selama ini Pemerintah Indonesia dan pihak pengusaha memang bersikap terlalu toleran dan permisif dalam upaya membebaskan sandera WNI, yang dalam satu tahun terakhir beruntun terjadi di perairan FIlipina dan Malaysia.

Namun, upaya permisif Pemerintah Indonesia itu dilakukan semata-mata untuk mengutamakan keselamatan para korban yang diduga disandera oleh kelompok Abu Sayyaf.

Upaya permisif yang dimaksud antara lain dengan melakukan komunikasi multiarah kepada pihak-pihak terkait dengan berbagai macam cara.

"Ya itu ternyata sama dengan teori pembajakan yang lain, bahwa kalau ditoleransi maka pembajakan itu akan menimbulkan pembajakan berikutnya. Tetapi sekali lagi saya tekankan, apa pun itu, setiap tindakan punya risiko," jelasnya.

Kelompok bersenjata yang diduga berasal dari Filipina kembali menyandera warga negara Indonesia yang bekerja di Lahad Datu Negeri Sabah, Malaysia yang dilaporkan oleh majikannya bernama Chia Tong Lim, warga negara Malaysia.

Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016