Jakarta (ANTARA News) - Prosesi dan tata upacara pergantian pasukan jaga Istana Kepresidenan, di Jakarta, berpotensi menjadi obyek wisata. Upacara alih jaga Istana Kepresidenan ini bukan hal baru sebetulnya karena sudah ada sejak masa Presiden Soeharto berkuasa dengan nama Apel Senja. 

Saat itu, masyarakat bisa menyaksikan dari dekat prosesi pergantian tim jaga Istana Merdeka, di tepi Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat. Selama 24 jam sepanjang tahun --kecuali pada kesempatan resmi dan tertentu lain-- jalan ini resmi ditutup dari arus lalu-lintas. 

Pasukan penjaga Istana Kepresidenan merupakan bagian integral dari Pasukan Pengamanan Presiden Markas Besar TNI, yang dibentuk dan dilaksanakan oleh Detasemen Kawal Istana, serta berintikan personel Polisi Militer TNI. Semua Istana Kepresidenan dijaga Detasemen Kawal Istana ini. 

Bagi masyarakat umum, kehadiran mereka sangat mudah ditandai, dengan seragam khas merah-putih dan senapan jaga dari seri M-16 yang dikelir warna krom. 

Seragam upacara Pasukan Pengamanan Presiden Markas Besar TNI yang diilhami seragam tentara jaman Mataraman, di Pulau Jawa, juga hadir dari tangan seorang sipil yang juga perancang mode, yaitu Samuel Wattimena.

Kepala Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden, Bey Machmudin, dalam siaran pers, Jumat, mengatakan seremoni pergantian pasukan jaga Istana Kepresidenan itu kegiatan rutin Pasukan Pengamanan Presiden Markas Besar TNI.

Seremoni militer resmi itu digelar pada hari Minggu kedua tiap bulan dan dimulai pukul 8.00 WIB, di halaman depan Istana Merdeka.

Di banyak negara, prosesi pergantian jaga istana raja atau istana kepresidenan ini lumrah "disajikan" kepada publik. Misalnya pada Her Majerty's Guard Troop yang setiap saat diincar turis untuk diabadikan di Istana Buckingham, London. 

Prosesi ini sangat ditunggu-tunggu wisatawan, dengan segala macam satuan pasukan dengan seragamnya yang masih bernuansa abad Victorian dan tradisi yang terus dipelihara. 

Juga saat pasukan pengawal Istana Kerajaan Swedia berganti jaga di mana istana itu berada, di kawasan Gamlastan, Stockholm. 

Pewarta: Joko Susilo
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016