Jakarta (ANTARA News) - Peningkatan produksi minyak dan gas PT Pertamina (Persero) selama enam bulan pertama 2016 menunjukkan komitmen perseroan untuk memenuhi kebutuhan migas dalam negeri saat harga komoditas masih rendah.

"Saya kira pencapaian tersebut positif, baik bagi perusahaan maupun negara pada saat harga minyak rendah dan kecenderungan perusahaan lain menahan produksi," kata Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro di Jakarta, Kamis.

Produksi minyak dan gas Pertamina pada semester I/2016 naik sebesar 12,5 persen menjadi 640 ribu barel setara minyak per hari (BOEPD) dibanding periode yang sama 2015 sebesar 569 ribu BOEPD.

Hingga akhir 2016, Pertamina menargetkan produksi migas sebesar 661 ribu BOEPD. Dari jumlah itu sekitar 647 ribu BOEPD berasal dari lapangan organik dan 14 ribu MBOEPD dari lapangan anorganik.

Menurut Komaidi, pemerintah perlu mendukung Pertamina untuk tetap mempertahankan bahkan meningkatkan produksi migasnya. Tidak hanya sekadar diberikan insentif, pemerintah juga harus memperlakukan Pertamina secara fair.

"Karena selama ini Pertamina seringkali mendapatkan penugasan tanpa diperhatikan hak dan kewajibannya," ungkapnya.

Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro mengatakan peningkatan kinerja produksi migas Pertamina disokong kontribusi lapangan di luar negeri, yakni Aljazair, Irak dan Malaysia.

"Realisasi produksi Aljazair hingga semester I 2016 mencapai 20 ribu bph dan gas 111 MMSCFD. Sementara itu, di Irak produksi minyak mencapai 44 ribu bph," kata dia.

Selain itu, lapangan minyak Pertamina di Malaysia juga turut memberikan andil dengan menyumbang produksi minyak sebesar 21 ribu bph dan gas sebesar 89 MMSCFD.

Di Aljazair, Pertamina tercatat menjadi operator di blok Menzel Lejment North. Serta memiliki hak partisipasi di dua blok lainnya, yakni El Merk dan Ourhoud. Pertamina juga memiliki hak partisipasi sebesar 10 persen di Blok West Qurna 1 di Irak. Sementara di Malaysia, Pertamina memiliki hak partisipasi 18-25,5 persen di Blok SK-309, SK-311, SK-314A, P, K dan Blok H.

Total produksi minyak Pertamina sepanjang semester I tahun ini, baik dari luar negeri maupun lapangan di dalam negeri mencapai 305 ribu barel per hari (bph), naik 11,3 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 274 ribu bph. Untuk produksi gas sebesar 1.938 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), naik 15,8 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 1.710 MMSCFD.

Sementara itu anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Partai Golkar, Satya W Yudha mengatakan Pertamina diusulkan untuk mendapatkan insentif di sektor hulu. Hal ini terutama dikaitkan dengan rencana pemerintah untuk akan menerapkan skema sliding scale terhadap kontrak bagi hasil (Purchase Sharing Contract/PSC).

Skema tersebut menetapkan saat harga minyak turun bagian pemerintah berkurang, tujuannya agar tetap kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) tetap berinvestasi.

"Di Pertamina, PSC-nya seperti PT Pertamina EP dan PT Pertamina Hulu Energi, jika dapat sliding scale kan bisa lebih bagus bisa memberikan keuntungan," katanya.

Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016