Makassar (ANTARA News) - Istri Wakil Presiden Jusuf Kalla, Mufidah, usai mendampingi suaminya membuka acara Jumpa Bakti Gembira (Jumbara) Palang Merah Indonesia (PMI) di Kabupaten Pangkep, Selasa, langsung mengunjungi kebun krisannya di Malino Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Ketua Tim Penggerak PKK Gowa, Priska Paramitha Adnan, Selasa, mendampinginya terus Isti Wapres sejak dari Kabupaten Pangkep hingga ke puncak di Kawasan Wisata Alam Malino, Kabupaten Gowa.

"Kebun krisan binaan ibu Wapres di Malino ini memang sering dikunjunginya dan waktu sebelum masuk bulan Ramadhan juga pernah datang melihat-lihat kebun bersama Pak JK," ujarnya.

Dalam beberapa kesempatan, istri Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan itu memang sering bersama dengan Ibu Wapres Mufidah JK, apalagi jika membahas mengenai kebun krisan tersebut.

Malino menjadi perhatian khusus JK. Wapres bahkan pernah mengundang langsung Bupati Gowa, Adnan Purichta Ichsan, Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo untuk rapat terkait pengembangan Malino di Kantor Wapres bersama Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya.

Malino rencananya akan dikembangkan dengan menggunakan konsep kebun raya. Salah satu yang akan dikembangkan, yakni pertanian bunga khususnya anggrek krisan. Selain itu, tempat ini juga diharapkan bisa menjadi destinasi wisata nasional bahkan internasional.

Sebelumnya pada akhir 2015, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) telah mengekspor 6.000 tangkai bunga krisan per minggu ke Jepang melalui udara.

"Ini akan terus ditingkatkan karena permintaan dari Jepang 12.500 tangkai per minggu," kata Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulsel Fitriani.

Selain krisan, lanjutnya, beberapa waktu yang lalu Sulsel juga sudah mulai mengekspor markisa ke Singapura dan Dubai.

Ia menjelaskan bahwa sub sektor hortikultura memberi kontribusi yang cukup besar bagi sektor pertanian lain.

"Dengan keragaman jenisnya maka komoditas hortikultura juga tidak pernah putus dan dapat dikembangkan sepanjang tahun," katanya.

Ia juga mengatakan bahwa beberapa komoditas, seperti cabai dan bawang yang sering bergejolak harganya di provinsi lain, namun di Sulsel kenaikan dan penurunan harga tidak terlalu ekstrem.

"Kedua komoditi ini sering disebutkan dalam data mempengaruhi inflasi, tetapi lebih disebabkan karena permintaan dari luar provinsi yang memicu harga naik," tutupnya.

Pewarta: M Hasanuddin
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016