Jakarta (ANTARA News) - Ketua Fraksi PPP DPR RI Reni Marlinawati menyatakan, wacana Full Day School yang dilontarkan Mendikbud Muhadjir Effendi harus dikaji secara mendalam.

"Wacana sekolah Full Day yang disuarakan Mendikbud Muhadjir Effendi harus dikaji dengan matang dan melalui pertimbangan atas dampak yang akan muncul," katanya dalam pernyataan yang disampaikan di Jakarta, Rabu.

Jika sekolah dilaksanakan sehari penuh harus dipertimbangkan secara matang di antaranya soal guru. Semakin lama guru di sekolah maka semakin sedikit melakukan evaluasi belajar serta semakin sedikit waktu untuk merencanakan program pembelajaran di hari berikutnya.

"Saya tidak bisa membayangkan, alangkah repotnya guru-guru tersebut. Berangkat pagi, pulang jam 18.00 sore. Sampai di rumah sudah sangat capek belum lagi memeriksa tugas anak-anak dan menyiapkan rencana pembelajaran hari berikutnya," katanya. 

Baca Juga : Mendikbud jelaskan wacana "full day school"

Begitu juga terkait fasilitas di sekolah akan menjadi kendala. "Bagaimana dengan ketersediaan fasilitas sekolah untuk menunjang program full day? Seperti fasilitas olahraga, tempat mengaji dan penunjang untuk program full day lainnya," katanya.

Pertanyaannya, kata anggota Komisi X DPR RI ini, apakah semua sekolah memiliki fasilitas yang memadai walaupun itu di sekolah negeri. "Bahkan di dapil saya masih ada SDN lantainya masih dari tanah. Hal-hal teknis seperti ini terkait dengan ketersediaan fasilitas untuk program full day akan menjadi persoalan serius," katanya.

Menurut dia, ide ini juga menyederhanakan persoalan bahwa seolah-olah orang tua anak di Indonesia yang bekerja kemudian sepulang bekerja bisa jemput anaknya. Kalau di kampung hal tersebut relatif mudah. Namun di kota besar seperti di Jakarta kemacetan yang luar biasa.

Saat berangkat kerja bersamaan dengan jadwal masuk sekolah macetnya luar biasa. Apalagi saat pulang kantor yang bebarengan dengan menjemput anak, tentu macetnya makin luar biasa. "Namun jika di kampung orang tua jauh lebih banyak waktu untuk mendidik anak. Saya kira wacana full day ini dalam perspektif metroplitan," katanya.

Baca Juga : "Full Day School" baik asalkan sekolah tak membosankan

Dia sebagai umat Islam tentu senang bila program full day ada alokasi untuk belajar mengaji. Namun masalahnya anak sekolah tidak hanya dari masyarakat muslim. "Itu juga harus menjadi bahan pertimbangan. Argumentasi mengaji di sekolah untuk menangkal faham radikalisme, hal tersebut merupakan simplifikasi terhadap persoalan," katanya.

Dia mengemukakan, perlu kajian dan penelitian mengenai wacana ini. "Saya kira harus ada kajian dan penelitian tentang semakin banyak anak mendapat pelajaran di sekolah apakah kelak saat lulus sekolah akan menjadi anak yang kompeten, mandiri, adaptif terhadap perkembangan zaman?," katanya.

Keberhasilan anak bukan terletak seberapa besar nilai yang diraih namun bagaimana anak memiliki sikap percaya diri, keberanian serta adaptif terhadap lingkungan. Harus diingat, anak memiliki tiga lingkungan, yakni di rumah, sekolah dan masyarakat. 

Baca Juga : Wali Kota Solo tak sependapat pelaksanaan sekolah sehari penuh

Kalau anak hanya hidup di lingkungan rumah dan sekolah, sedangkan lingkungan masyarakat sedikit tentu akan merepotkan bagi anak. "Karena kelak anak-anak lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan masyarakat. Intinya, jangan menyimpulkan anak kelak akan berhasil kalau menerima banyak pelajaran," katanya.

"Namun bagaimana menanamkan kepada anak tentang keberanian hingga mampu beradaptasi melakukan kreativitas," katanya pula.

Pewarta: Sri Muryono
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016