Setiap pengelola warung elektronik nantinya dipastikan mendapatkan keuntungan karena keberadaannya untuk melayani 1.000 warga miskin penerima bantuan beras lewat program beras untuk keluarga pra-sejahtera (Rastra),"
Kudus (ANTARA News) - Warung elektronik (e-warung) gotong-royong yang digagas pemerintah sebagai tempat transaksi penerima bantuan pangan diyakini bisa memangkas praktik rentenir di kalangan masyarakat untuk lini paling bawah, kata Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa.

"Setiap pengelola warung elektronik nantinya dipastikan mendapatkan keuntungan karena keberadaannya untuk melayani 1.000 warga miskin penerima bantuan beras lewat program beras untuk keluarga pra-sejahtera (Rastra)," ujarnya ditemui di sela-sela kunjungannya ke PT Mubarok Food Kudus, Jateng, Minggu.

Untuk itu, kata dia, keberadaan e-warung direkomendasikan untuk melayani 1.000 penerima rastra dan tidak boleh kurang dari jumlah tersebut agar keuntungan yang diperoleh tidak terlalu kecil.

Dengan jumlah 1.000 penerima rastra, diperkirakan minimal omzet penjualan berasnya per bulan sebanyak 12 ton.

"Pemasukan dari penjualan berasnya saja, diperkirakan mencapai Rp6 juta per bulan," ujarnya.

Jika sebelumnya bantuan pemerintah dalam bentuk beras setiap bulannya 15 kilogram, kata dia, nantinya dikonversi menjadi uang sebesar Rp105.000 dalam bentuk kartu yang akan digunakan untuk bertransaksi di warung elektronik.

Kartu yang akan diterima, katanya, merupakan kartu keluarga sejahtera yang berlogo Kamis (koperasi masyarakat Indonesia sejahtera).

Komoditas yang bisa dibeli melalui warung elektronik tersebut, katanya, khusus makanan, seperti beras, gula, minyak gorreng, dan tepung terigu.

"Untuk sementara hanya empat komoditas, sedangkan nantinya ditambah komoditas daging yang saat ini dikoordinasikan dengan Perum Bulog," ujarnya.

Agar setiap warung elektronik bisa menjual daging, Perum Bulog akan melakukan pengadaan freezernya, sedangkan pemilik warung bisa mengangsur melalui sebagian pemasukan dari penjualan beras rastra tersebut.

Harga jual daging di tingkat warung, katanya, diperkirakan sekitar Rp65.000/kg.

Ia menjelaskan, setiap pemegang kartu keluarga sejahtera, juga anggota koperasi yang setiap akhir tahun akan mendapatkan sisa hasil usaha (SHU).

Karena sebagai anggota koperasi, kata dia, ketika membutuhkan komoditas pangan, namun uangnya tidak cukup bisa hutang karena bulan berikutnya akan mendapat transferan dana dari pemerintah.

Penunjukkan warung elektronik, kata dia, hasil koordinasi Kemensos, Bulog dan BNI untuk wilayah Provinsi Jateng.

Jumlah warung elektroniknya, kata dia, disesuaikan dengan jumlah penerima rastra sebelumnya.

Warung elektronik yang ada di Jateng, kata dia, tersebar di Semarang, Boyolali dan Solo.

Ia mencontohkan, untuk wilayah Kota Semarang idealnya terdapat 43 warung elektronik karena jumlah penerima rastra sebanyak 43.200-an orang.

Khusus untuk Jateng, kata dia, karena kerja samanya dengan BNI, maka setiap agen yang ditunjuk bisa bertransaksi bayar listrik, PDAM maupun transaksi lainnya.

"Setidaknya pengelola warung juga akan mendapatkan pemasukan dari transaksi lainnya," ujarnya.

Ia menegaskan, setiap transaksi dari program yang dijalankan pemerintah tidak akan dikenakan biaya, termasuk ketika pemerintah mentransfer dana bantuan kepada masyarakat.

Bahkan, kata dia, pencetakan kartu untuk warga kurang mampu juga dilakukan oleh empat bank mitra yang ditunjuk pemerintah.

Pewarta: Akhmad Nazaruddin Lathif
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016