Banyumas (ANTARA News) - Jasa "salon kambing" yang tekuni Suhardi (49), warga Desa Paningkaban, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, banyak diminati pedagang hewan kurban guna mendongkrak harga jual kambingnya menjelang Hari Raya Idul Adha 1437 Hijriah.

Dari pantauan di Pasar Hewan Cilongok, Banyumas, Sabtu, tidak sedikit pedagang kambing yang mengantre di "salon kambing" milik Suhardi untuk merias kambingnya.

"Pedagang ingin kambingnya kelihatan cakap. Apalagi menjelang kurban karena kambing untuk kurban, tanduknya harus rapi dan bersih," kata Suhardi.

Ia mengatakan kondisi tanduk yang rapi dapat mendukung penjualan kambing dan harganya dapat terdongkrak jika dibanding saat tanduknya belum rapi.

Menurut dia, pembeli akan mengira usia kambing sudah tua jika tanduknya panjang.

Selain itu, kata dia, jika tanduknya terlalu panjang bisa menusuk kepala sehingga dapat mengakibatkan koreng.

"Alhamdulillah, tanduk yang sebelumnya rusak, setelah dirapikan ada yang minat," kata dia yang telah menekuni "salon kambing" keliling sejak tahun 2010 itu.

Ia mengatakan jasa salon yang ditawarkan tidak hanya berupa perawatan tanduk tetapi juga bulu dan kuku kambing dengan tarif bervariasi di kisaran Rp15.000 hingga Rp50.000.

Menurut dia, tarif perawatan tanduk, bulu, dan kaki sebesar Rp50.000.

Sementara untuk perawatan tanduk, kata dia, hanya sebesar Rp15.000.

"Namun itu tergantung kondisi kambingnya. Kesulitan yang saya hadapi jika tanduknya sudah panjang dan harus dipotong karena mengenai kepala, saya harus hati-hati agar jangan sampai bocor," katanya.

Suhardi mengakui pengguna jasa salon kambing menjelang Hari Raya Idul Adha 1437 Hijriah meningkat dari rata-rata 10 ekor per hari pasaran menjadi 20 ekor per hari pasaran.

Salah seorang pedagang kambing, Haryoto mengaku sengaja menggunakan jasa "salon kambing" Suhardi agar kambingnya terlihat lebih rapi.

"Biar keren dan harganya bisa naik," katanya.

Pedagang kambing lainnya, Bahrudin mengaku baru menggunakan jasa Suhardi untuk memotong kuku kambingnya.

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016