Target kami sebenarnya hanya dua emas dari nomor beregu putri dan ganda putri
Sumedang (ANTARA News) - DKI Jakarta pada Rabu keluar sebagai juara umum cabang tenis meja PON XIX setelah tim tuan rumah Jawa Barat gagal mengamankan medali emas nomor perorangan putra di GOR 3 ITB Jatinangor, Sumedang.

Walaupun tidak ada perwakilan DKI Jakarta yang lolos ke babak final maupun menambah medali dari nomor tunggal, mereka tetap memiliki pundi-pundi medali terbanyak dengan tiga emas, satu perak dan dua perunggu.

"Target kami sebenarnya hanya dua emas dari nomor beregu putri dan ganda putri. Alhamdulillah kami dapat tambahan satu emas dari nomor ganda campuran," kata manajer tenis meja DKI Jakarta Arifin Tahir di Sumedang, Rabu.

Emas DKI dari nomor ganda putri diraih oleh pasangan Stella Priska-Desi Ramadanti, sedangkan dari nomor ganda campuran disumbangkan oleh Dian David-Mira Fitria.

Satu-satunya medali perak Jakarta datang dari nomor ganda putri Mira Fitria-Rina Sintya yang harus puas di tempat kedua di partai all Jakarta final melawan Stella-Desi.

Sementara medali perunggu untuk Jakarta didapat dari nomor beregu putra dan ganda putra (Rina Sintya-Bagus Aji Saputra).

Jawa Barat yang menjadi penantang utama DKI Jakarta dalam perebutan juara umum cabang tenis meja gagal meraih medali emas penentu kemenangan setelah M.Dahlan Haruri kalah di tangan Ficky Supit Santosa di final nomor tunggal putra 0-4 (7-11, 5-11, 8-11, 3-11).

Dengan hasil akhir tersebut tim tenis meja tuan rumah mengantongi hanya dua medali emas, tiga perak dan dua perunggu.

"Bermain sebagai tuan rumah memberikan tekanan yang berat. Pertandingan ini bukan soal kalah atau menang. Saya harus menang. Tapi permainan Ficky lebih bagus," kata Dahlan seusai menerima kalungan medali perak.

Tim tuan rumah pun harus gigit jari setelah tersalip oleh tim tenis meja Jawa Timur dalam perolehan total medali cabang tenis meja karena defisit medali perunggu.

Jawa Timur menjadi peraih medali terbanyak kedua dengan dua emas, tiga perak dan lima perunggu.

Pewarta: Aditya E.S. Wicaksono
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016