Bandung (ANTARA News) - Penyulutan kaldron menjadi salah satu momen yang tak bisa dilepaskan dari perhelatan pesta olahraga bagi para atlet berkebutuhan khusus, Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV/2016 Jawa Barat di Stadion Siliwangi, Kota Bandung, Sabtu sore.

Di tengah keterbatasan, kelima atlet paralimpik asal Jawa Barat dan Bali mengemban tugas menyulut kaldron, dan mampu memenuhinya tanpa cela.  

Dua atlet paralimpik asal Jawa Barat, Muhammad Rian Prahasta dan Abdul Halim, atlet peraih emas di Asean Para Games 2015 di Singapura, menjadi yang pertama membawa api, untuk diserahkan pada Ni Nengah Widiasih.

Halim yang merupakan tuna netra bahkan percaya diri mengantarkan Nengah, atlet pendulang perunggu pertama Indonesia untuk cabang angkat berat di ajang Paralimpiade 2016 Rio de Janiero, asal Bali, menyerahkan api pada atlet bulutangkis asal Jawa Barat, Hari Susanto.

Selanjutnya giliran dua atlet asal Jawa Barat, Joko Budi Wibowo dan Deden Komarudin untuk menyalakan kaldron. Joko dan Deden merupakan atlet tuna daksa dan tuna runggu peraih medali emas di ajang ASEAN Para Games. Joko, dibantu Deden meniti satu per satu anak tangga, menuju kaldron.

"Ayo Den, sekali lagi Den. Akhirnya sampai di puncak tertinggi. Ternyata kekurangan, bukan halangan untuk kita maju," ujar Joko seraya diiringi riuhan sorak sorai ratusan penonton yang hadir saat itu.




 

Seiring menyalanya kaldron, atraksi kembang api menghiasi langit Stadion Siliwangi kala itu. Sorak penonton hingga tetesan air mata penuh bangga mewarnai momen itu.  

"Senang bisa membuat msyarakat Jawa Barat bangga, keluarga bangga, orangtua bangga," ujar Rian seusai mengikuti upacara pembukaan Peparnas 2016.

Hal senada diungkapkan para penyulut lainnya. Berikut tuturan Joko dan Nengah seusai penyelenggaraan pembukaan Peparnas 2016.

Joko:



 



Ni Nengah:

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016