Bogor (ANTARA News) - Mantan tenaga kerja wanita asal Indonesia, Ima Matul Maisaroh yang kini menjadi aktivis pembela korban perdagangan manusia hadir di Kota Bogor, Jawa Barat, Minggu.

Kehadiran Ima, dalam rangka edukasi dan berbagi kisah tentang pengalamannya sebagai korban human trafficking di hadapan anak-anak sekolah Terminal Hujan.

"Kedatangan saya ke Indonesia untuk memberikan edukasi, penyuluhan, pencegah dan meningkatkan kewaspadaan dari ancaman perdagangan manusia," kata Ima.

Ima bersama Yayasan Mentari yang peduli pada pencegahan perdagangan orang, akan berkeliling ke sejumlah daerah di Indonesia dalam rangka memberikan pendidikan mencegah terjadinya perdagangan manusia.

Menurut Ima, perdagangan manusia nyata adanya. Dan perlu dilakukan pencegahan sejak dini dengan memberikan edukasi kepada anak-anak generasi muda.

"Karena anak-anak Indonesia perlu dilingungi dan dibina demi masa depannya, agar tidak menjadi korban perdagangan manusia," katanya.

Bersama anggota yayasannya, Ima memberikan pembekalan kemampuan dengan mengedukasi apa ciri-ciri dari perdagangan manusia tersebut. Anak-anak didik Yayasan Terminal Hujan, diberikan pemahaman, bahwa dalam perdagangan manusia ada unsur penipuan, pemaksaan dan ancaman.

Agar terhindar dari korban perdagangan manusia, anak-anak diingatkan untuk tidak mudah percaya dengan orang yang menawarkan kerjaan di luar negeri, memastikan agen penyaluran karyawannya merupakan biro resmi, dan mengecek kebenaran tempat bekerja yang ditawarkan.

"Jangan mudah tergiur dengan iming-iming pendapatan yang tinggi, harus dipastikan dulu biro resmi atau tidak, alamat tempat kita bekerja, dan statusnya, dicek semua," katanya.

Wanita asal Desa Gondanglegi, Malang, Jawa Timur ini menjadi sorotan, setelah berkesempatan berorasi dalam konvensi Partai Demokrat July 2016 lalu.

Ima sendiri merupakan korban dari perdagangan manusia. Mantan TKW ini pernah dijanjikan bekerja di Los Angeles tahun 1997 sebagai pramuwisma di salah satu rumah pengusaha Indonesia yang bermukim di sana.

Ia dijanjikan bekerja dengan gaji US$ 150 per bulan. Tetapi, selama tiga tahun bekerja ia mendapat perlakuan buruk dari majikan, dan bekerja lebih dari 12 jam sehari. Akhirnya ia berhasil melarikan diri dengan bantuan pembantu tetangganya.

Berbekal pengalamannya, Ima mendapat kepercayaan menjadi staf Coalition to Abolish Slavery and Trafficking (CAST) sejak 2012. CAST merupakan organisasi nirlama yang pernah menolongnya melarikan diri dari siksaan majikannya di Los Angeles.

Iman menjabat sebagai organisator atau koordinator para korban perbudakan dan perdagangan manusia CAST. Wanita 33 tahun ini juga diangkat sebagai salah satu dari 11 anggota gugus tugas untuk memantau dan memberantas perdagangan manusia di Amedia dan dunia atau The Presidents Interagency Task Force to Monitor and Combat Trafficking in Persons (PITP)

Kini Ima dan teman-temannya aktif memberikan edukasi kepada masyarakat luas, termasuk Indonesia, sebagai bentuk kepedulian untuk anak bangsa dalam mencegah perdagangan manusia dan meningkatkan kesadaran masyarakat.

Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016