Kopral Desmond Thomas Doss (1919-2006) adalah sosok yang unik karena merupakan seorang prajurit Amerika Serikat yang menolak untuk memegang senjata api dalam lintasan sejarah Perang Dunia (PD) Kedua.

Desmond Doss, yang dalam film "Hacksaw Ridge" diperankan oleh aktor Andrew Garfield, memiliki motivasi yang religius dan merupakan seorang yang dapat disebut sebagai "conscientious objector".

Berdasarkan penjelasan dari Komisi HAM PBB, "conscientious objector" adalah seseorang yang menyatakan hak untuk tidak melakukan tindakan kemiliteran berdasarkan alasan kebebasan berpikir, nurani, ketidakmampuan fisik, atau karena alasan agama.

"Hacksaw Ridge" yang berdurasi 131 menit itu menelaah mengenai mengapa seorang Desmond Doss, yang menolak tindakan kemiliteran seperti yang terwujud dalam sebuah peperangan, tetapi malah bergabung dengan Angkatan Darat AS dalam PD II.

Kisah itu berawal dengan Desmond kecil yang kerap bermain dengan saudara kandungnya, Harold "Hal" Doss.

Dalam sebuah pertengkaran, Desmond sempat menghantam Hal dengan batu berukuran besar dan sempat membuat kepala Hal cidera berat dan dapat mengakibatkan dirinya meninggal.

Peristiwa yang traumatis itu sangat membekas dari diri Desmond, terutama setelah dia melihat tulisan mengenai ajaran agama yang berbunyi "Thou should not kill" (Kamu tidak boleh membunuh).

Bertahun-tahun kemudian, Desmond Doss bertemu dengan seorang perawat, Dorothy Schutte (Teresa Palmer) yang bertugas mengambil darah untuk keperluan medis, termasuk untuk merawat prajurit yang bertarung dalam PD II.

Benih-benih cinta bersemai di antara mereka dan mereka juga berencana untuk menikah. Selain itu, Doss juga merasakan bagaimana banyak lelaki di kotanya yang mendaftarkan diri untuk ikut berperang di kubu AS.

Doss juga ingin berkontribusi. Namun karena keyakinannya yang kuat akan perdamaian dan tekadnya untuk tidak membunuh, maka dia mendaftar sebagai kombatan medis.

Setelah mendaftar, Desmond baru mengetahui sebagai seorang prajurit juga harus melalui sejumlah pelatihan dasar untuk berperang, termasuk menembak.

Maka, dia menolak untuk mengikuti pelatihan menembak dengan senjata api, sehingga atasannya juga mengirimnya ke klinik kejiwaan.

Doss, setelah diperiksa ternyata tidak terbukti sebagai seseorang yang tidak waras, sehingga dia juga dapat meneruskan diri menjadi prajurit-medis di kesatuannya.

Atasannya tidak menyukai adanya sosok prajurit yang tidak mau memegang senjata, maka dengan berbagai cara diupayakan agar Doss mau mengundurkan diri, antara lain dengan banyak menghukum Doss dan rekan-rekannya.

Hal tersebut juga membuat Doss dikucilkan, bahkan sempat dikeroyok ramai-ramai, tetapi Doss tetap teguh untuk tinggal menjalani pelatihannya.

Puncaknya terjadi saat Doss ingin mengambil jatah cuti beberapa hari, yang dipergunakannya untuk menikah dengan kekasihnya, Dorothy.

Jatah cuti itu ditolak oleh kesatuannya karena Doss dinilai tidak melewati keahlian dasar bertempur, yaitu bagaimana menggunakan senjata api.

Setelah dipaksa atasannya untuk memegang senjata, Doss tetap menolak dan dia dianggap sebagai pembangkang yang sebagai imbasnya, Doss akan di-mahmil-kan.

Selama dalam kurungan, sang isteri, Dorothy, yang dibawa untuk menemui Doss diharapkan dapat mengubah pandangan Doss, tetapi hal tersebut malah meneguhkan Doss untuk berpegang teguh kepada keyakinannya.

Dalam mahkamah militer, Doss terselamatkan karena upaya sang ayah yang meyakini pihak kemiliteran bahwa meski sebagai seorang "conscientous objector", Doss tetap memiliki hak untuk menjadi prajurit dan berperang membela konstitusi AS.

Tidak pegang senjata
Walhasil, saat diterjunkan ke medan PD II, Doss merupakan satu-satunya prajurit yang tidak memegang senjata.

Doss dan kesatuannya diterjunkan ke Okinawa, Jepang, khususnya ke daerah ngarai Hacksaw ("Hacksaw Ridge"), dalam rangka merebut pulau Okinawa dari tentara Jepang.

Dalam medan pertempuran di Okinawa itu, Doss menunjukkan kepahlawanannya, bukan dengan banyak menewaskan musuh, tetapi membantu para prajurit yang terluka.

Meski tidak menembakkan satu butir peluru pun, dan tidak ada senjata yang dibawanya sendiri untuk melindunginya, dia dengan gigih terus mengobati prajurit.

Dan dengan kekuatan fisik yang dimilikinya, dia tidak henti-hentinya bolak-balik menggotong serdadu yang terluka dari medan terdepan peperangan.

Dalam film tersebut, peristiwa peperangan yang terjadi antara pihak AS dan Jepang digambarkan secara mendetail dan terperinci oleh sang sutradara, Mel Gibson.

Hal itu tidak mengherankan mengingat Mel Gibson dalam salah satu wawancaranya juga mengatakan bahwa dirinya ingin penonton benar-benar merasakan seperti apa yang dirasakan oleh veteran PD II.

Baik luka maupun kematian dari para serdadu di kedua belah pihak digambarkan dengan vulgar, dan apa adanya.

Hal tersebut juga ingin menunjukkan bagaimana sebuah perang itu sebenarnya tidak hanya berisi kejayaan dari pihak yang menang, tetapi sebenarnya lebih banyak membuat kedukaan di semua pihak yang terlibat.

Tokoh Doss itu sendiri bukanlah figur fiksi, tetapi benar-benar merupakan prajurit AS di PD II. Doss juga merupakan satu-satunya "conscientious objector" yang menerima medali atas jasanya di PD II.

Dalam film tersebut, Doss beberapa kali dianggap sebagai orang gila karena tidak ingin memegang senjata dalam perang. Namun pertanyaan yang layak diajukan sebenarnya, siapakah yang lebih gila, orang yang tidak ingin merenggut nyawa orang lain, atau orang yang ingin membunuh sesamanya

Sebagai sebuah narasi, "Hacksaw Ridge" mengandung nilai-nilai filosofis yang mempertanyakan dasar dari moralitas peperangan itu sendiri.

Selain itu, film tersebut juga meyakini bahwa keyakinan yang dimiliki oleh orang lain juga harusnya tidak dijadikan sebagai bahan lelucon.

Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016