Garut (ANTARA News) - Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Unit I Kamojang, Kabupaten Bandung, akan kembali beroperasi pada Oktober 2017 setelah shut down (berhenti beroperasi) karena kerusakan turbin pada April 2014.

"Rencananya Oktober tahun depan beroperasi kembali," kata Manager Maintenance PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Kamojang Faiq Kautsar di Garut, Selasa.

Faiq menjelaskan, kerusakan turbin pada PLTP Unit I lantaran masa operasinya yang telah melewati 32 tahun. Padahal, desain turbin untuk sumur panas bumi rata-rata untuk pemakaian 30 tahun.

"Jadi memang sudah melewati masa umurnya," katanya.

Ia menuturkan, turbin panas bumi berbeda dengan turbin pembangkit konvensional karena material turbin disesuaikan dengan kualitas uap sehingga perlu dipesan khusus.

"Kalau geothermal, saya ngebor dan saya analisa kandungannya seperti apa, maka material turbinnya saya sesuaikan. Makanya pesannya agak lama," katanya.

Berhentinya operasi PLTP Unit I Kamojang berkapasitas 30 MW menurut Faiq memang cukup berpengaruh terhadap kinerja pembangkit secara keseluruhan.

Dengan berkurangnya kapasitas PLTP Unit I, maka secara total PGE Kamojang hanya bisa memproduksi 205 MW dari kapasitas total lima unit pembangkit yang seharusnya 235 MW.

"Sayangnya ya karena uapnya jadi nganggur. Uapnya sudah stand by tapi tidak bisa dimanfaatkan optimal," katanya.

Namun, Faiq mengaku hal tersebut tidak menjadi masalah besar karena energi yang saat ini tidak terpakai karena pembangkit rusak akan tetap bisa dimanfaatkan saat pembangkit kembali beroperasi.

PGE Area Kamojang memasok uap untuk PLTP Unit I Kamojang yang dikelola PT Indonesia Power, anak usaha PT PLN (Persero). Dari lima unit pembangkit listrik di Area Kamojang, Unit I, Unit II dan Unit III dikelola Indonesia Power, sedangkan Unit IV dan Unit V dikelola sendiri oleh PGE Area Kamojang.

Lapangan panas bumi Kamojang sendiri diklaim sebagai salah satu lapangan terbaik dunia karena uap yang dikeluarkan sangat kering dengan kelembaban rendah.

Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016