Jakarta (ANTARA News) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menilai tantangan mitigasi di Indonesia adalah memadukan unsur budaya dengan struktur mitigasi, apalagi faktor yang paling sulit untuk dikendalikan adalah unsur masyarakat.

"Tantangan mitigasi utama di Indonesia adalah memadukan unsur budaya dengan struktur mitigasi yang sudah ada," tutur Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

Ia mencontohkan perkiraan cuaca atau iklim yang dimiliki BMKG sudah akurat dan transparan, tetapi banyak masyarakat yang tidak menggunakan informasi tersebut.

Mitigasi bencana, menurut dia, belum menjadi budaya di Tanah Air dan masyarakat cenderung acuh tak acuh serta pasrah terhadap potensi-potensi bencana di sekitarnya.

Hal tersebut menyebabkan upaya-upaya pengelolaan dan pencegahan bencana jadi sulit dilakukan, misalnya, terdapat masyarakat mencuri baterai-baterai seismograf yang dipasang di gunung berapi di Indonesia.

Contoh lain, katanya, adalah sistem peringatan dini untuk longsor yang biasanya justru dijadikan tiang jemuran oleh masyarakat sehingga tidak dimanfaatkan semestinya.

Selain itu, ujar Sutopo, pascabencana masyarakat juga cenderung pasif dan tidak tangguh dalam menghadapi bencana karena terbiasa mendapat bantuan dari pemerintah dan swasta.

Ia berpendapat solusi yang paling baik untuk menghadapi kondisi masyarakat seperti itu adalah membuat sistem peringatan bencana yang sesuai dengan kondisi budaya masyarakat setempat.

Penyesuaian tersebut dapat berupa kebiasaan masyarakat setempat mengenai pemberitahuan bencana dapat masuk sebagai salah satu komponen dalam sistem peringatan dini bencana yang ada.

Kondisi dinamika atmosfer Indonesia yang lembab dan basah dapat meningkatkan kejadian bencana hidrometeorologi di beberapa wilayah Indonesia, contohnya banjir bandang di Bandung dan Aceh, tanah longsor di Garut serta angin kencang di Kalimantan Selatan.

Pewarta: Dyah DA
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016