Jakarta (ANTARA News) - Produksi minyak kelapa sawit mentah diperkirakan membaik pada 2017, setelah pada tahun sebelumnya alami penurunan karena cuaca yang tak mendukung yaitu El Nino dan diikuti perubahan cuaca yang cenderung La Nina sehingga produktivitas rendah.

"Penurunan produksi minyak kelapa sawit mentah juga diikuti oleh turunnya harga di pasar internasional. Kesulitan seperti itu bukan saja dialami kita tapi juga semua perusahaan perkebunan," kata Direktur Utama PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) Vallauthan Subraminam kepada pers di Jakarta, Rabu.

Hal tersebut disampaikan usai rapat umum pemegang saham (RUPS) SSMS yang memutuskan mengangkat Direktur Keuangan Nicholas Justin Whittle, seorang berkewarganegaraan Inggris.

Menurut Vallauthan, perusahaan memperkirakan produksi sawit perusahaan sudah akan membaik pada 2017 dan 2018 yang antara lain didukung oleh permintaan pasar internasional juga meningkat.

Melihat prospek produk kelapa sawit tahun depan akan membaik, katanya, perseroan berencana membangun dua pabrik kelapa sawit (PKS) tahun depan di Kalimantan Tengah dengan nilai investasi sekitar Rp250 miliar.

"Dana yang akan kita pakai dari internal. Kalau perlu kami akan cari pinjaman, tetapi biasanya kami dari internal dulu," ucapnya.

Melihat prospek baik pada tahun depan, perseroan menargetkan memproduksi tandan buah segar (TBS) hingga 1,2 juta ton dari lahan inti dan jika harga terus dalam kondisi baik, maka pendapatan tahun depan akan meningkat 48 persen.

Perseroan, kata Vallauthan, juga akan terus melakukan akuisisi sejumlah perusahaan sawit dalam upaya mengembangkan dan memperluas lahan serta meningkatkan produktivitas produk sawit.

"Untuk akuisisi, perseroan sedang mencari atau sedang negosiasi dengan beberapa perusahaan. Tetapi nilainya dan nama perusahaannya belum bisa kami sampaikan," kata Subraminam.

Pada awal 2015, perseroan sudah mengakuisisi kepemilikan dua perusahaan sawit senilai Rp1,54 triliun di Kalimantan, yaitu PT Tanjung Sawit Abadi dan PT Sawit Multi Utama.

"Kita hanya mengakuisisi perusahaan sawit yang ada di Kalimantan saja dan tetap mengedepankan serta memperhatikan faktor lingkungan hidup dan kelestarian alam sehingga sudah mendapatkan sertifikat ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil)," tuturnya.

Saat ini, 30 persen dari produksi perseroan diekspor salah satu negara tujuan ekspornya yaitu India, sedangkan mayoritas masih diserap pasar domestik.

Perseroan saat ini juga sedang menjajaki ekspor ke Pakistan, Bangladesh, serta negara-negara di Timur Tengah.

(T.A025)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016