Surabaya (ANTARA News) - Universitas Airlangga (Unair) dan Institut Teknologi Surabaya (ITS) belum berencana menaikan Uang Kuliah Tunggal meski beredar kabar akan ada kenaikan biaya kuliah.

"Kami telah mempunyai skema perubahan dilakukan agar orang tua mahasiswa tetap konsisten membayar UKT sampai masa kuliah berakhir jadi belum ada rencana menaikkan," kata Rektor Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Prof M Nasih di kampus setempat, Senin.

Dia menjelaskan Uang Kuliah Tunggal (UKT) tertinggi di Unair adalah UKT VI yang untuk pendidikan kedokteran mencapai Rp21,5 juta per semester. Untuk yang terendah Rp3 juta per semester untuk program studi sejarah.

"Dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, mahasiswa yang punya tanggung jawab UKT terlalu tinggi itu biasanya semester III sudah minta keringanan. Makanya kami merubah skema pembayaran supaya yang terlalu tinggi UKT-nya bisa tetap membayar sampai kuliahnya selesai," kata Nasih.

Di Unair , kata Nasih, mahasiswa yang membayar UKT III dan IV, baik jalur SNMPTN maupun SBMPTN mencapai 30 persen. Besaran UKT III itu kisaran Rp7,5 sampai Rp10 juta per semester. Sedangkan UKT IV kisaran Rp10 sampai Rp17 juta per semester.

Sedangkan, mahasiswa yang membayar UKT V yang besarannya mulai Rp17 juta sampai Rp21,5 juta mencapai 10 persen saja. Sisanya, mahasiswa yang diberikan tanggung jawab membayar UKT VI yang besarannya Rp21,5 juta ke atas jumlahnya tidak sampai satu persen.

Nasih menjelaskan, penurunan biaya SPP seringkali dilakukan oleh UKT VI, maka dari itu Unair membuat beberapa skema. Salah satunya yakni, Unair akan membebankan tanggung jawab UKT tertinggi di awal kuliah. Misalnya, bila beban kuliah per semester Rp21,5 juta untuk UKT VI.

Perhitungannya UKT VI itu dikalikan dengan masa waktu kuliah delapan semester, yakni 172 juta. Sedangkan, untuk biaya UKT III adalah Rp 7,5 juta per semester sehingga delapan semester membutuhkan biaya Rp 60 juta.

Dengan demikian, jika mahasiswa yang memiliki beban UKT VI namun ingin membayar seperti besaran UKT III berarti mahasiswa harus membayar uang awal kuliah Rp112 juta. Jumlah itu diambil dari pengurangan total UKT VI ke UKT III.

"Kalau bayar di muka itu lebih ringan. Yang punya tambak jualin tambak pojok di awal masuk, setelah itu per semesternya enggak mikir terlalu berat. Kalau orang mampu Rp 7,5 juta kan gampang," katanya.

Meski demikian besaran UKT terus digodok. Nasih memastikan UKT untuk tiap golongan akan ditambahkan subgolongan supaya lebih detail. Selain itu, kebijakan pembulatan nominal UKT juga akan dilakukan.

Sementara itu, Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Joni Hermana mengatakan, pihaknya belum memiliki rencana menaikkan UKT. Selama ini UKT lama masih digunakan.

Meski demikian ITS kini juga mulai mengkaji UKT. Di ITS, UKT tertinggi saat ini pada prodi sistem perkapalan yang jumlahnya mencapai Rp19,5 juta per semester.

"Mahasiswa ITS itu mayoritas mahasiswa yang dari kalangan menengah bawah, jadi jika ada kenaikan pun tidak akan signifikan," jelasnya.

Pewarta: Indra/Willy
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017