Yogyakarta (ANTARA News) - Ketua Komisi A DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta Eko Suwanto mendesak Universitas Islam Indonesia memberikan penjelasan terbuka kepada publik terkait pola-pola pendidikan dasar, materi kegiatan proses rekruitmen mahasiswa pecinta alam (mapala) menyusul tewasnya tiga mahasiswa yang mengikuti kegiatan tersebut.

Eko Suwanto di Yogyakarta, Kamis, mengatakan berkegiatan di alam bebas adalah hal yang positif dan bisa menumbuhkan kecintaan bagi kaum muda guna menjaga lingkungan sekitar agar lestari.

Pecinta alam juga menjadi satu kegiatan yang banyak digemari kaum muda untuk menyalurkan energi mereka. Satu hal yang perlu selalu ditanamkan adalah berkegiatan di alam bebas harus memperhatikan keselamatan diri dan menghargai lingkungan juga kehidupan bersama.

Namun, sangat disayangkan jika proses rekruitmen anggota baru justru berakhir dengan petaka, hingga akibatkan korban jiwa.

"Kami turut berduka cita yang mendalam atas kematian mahasiswa pecinta alam UII saat pendidikan dasar. Simpati dan doa juga disampaikan untuk keluarga almarhum diterima mulia disurga," kata Eko.

Untuk itu, lanjut Eko, pimpinan UII perlu memberikan penjelasan terbuka kepada publik dan perlu juga diikuti dengan evaluasi bersama, terkait pola-pola pendidikan dasar, materi kegiatan untuk proses rekruitmen anggota baru ke depan.

Langkah evaluasi kegiatan alam bebas di masing-masing kampus perlu didorong agar proses rekruitmen anggota baru memiliki prosedur baku yang bisa dengan mudah terpantau.

Ia mengatakan legiatan alam bebas memang butuh fisik yang prima dan latihan rutin agar bisa selamat ketika berkegiatan di lapangan. Hukuman fisik oleh senior yang di luar kewajaran, ini yang harus dihindari kedepan. Rektorat juga tidak boleh lepas tangan.

"Peristiwa ini terjadi juga akibat lemahnya pendampingan dan pengawasan kegiatan ekstra kurikuler. Setelah meninggalnya mahasiswa STIP, lalu mahasiswa UII, Menteri seyogyanya lakukan evaluasi sistem pendidikan tinggi kita," kata politisi muda PDI Perjuangan ini.

Selain kegiatan belajar mengajar di kampus, kegiatan ekstra kurikuler seperti mapala yang keberadaannya diakui dan resmi harus mendapatkan pendampingan dari rektorat. Peristiwa ini sebaiknya dijadikan momentum perbaikan sistem pendidikan tinggi kita agar lebih baik.

"Jangan sampai ada kekerasan dalam bentuk apapun, baik fisik maupun non-fisik dalam kegiatan ekstra kurikuler dan termasuk belajar mengajar dikelas ," kata Eko Suwanto.

Pewarta: Sutarmi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017