Kuala Lumpur (ANTARA News) - Kepolisian Malaysia pada Senin menyatakan mereka menangkap tujuh orang, termasuk lima warga Filipina, yang diduga punya kaitan dengan ISIS.

Inspektur Jenderal Polisi Khalid Abu Bakar mengatakan dalam pernyataan bahwa sebagian besar penangkapan itu dilakukan selama operasi di Sabah, negara bagian di pulau Kalimantan, pada bulan ini.

Seorang tersangka asal Filipina dengan izin tinggal tetap di Malaysia ditahan dengan dugaan melakukan penggalangan dana dan menyalurkannya ke Mahmud Ahmad dan Mohamad Joraimee Awang Raimee, dua warga Malaysia tergabung dengan ISIS di Filipina selatan, kata Khalid.

Seorang pria Filipina berencana melakukan perjalanan ke Suriah dan bergabung dengan ISIS, sementara yang lain ditemukan memiliki janji setia kepada Isnilon Hapilon, warga Filipina paling dicari dan pemimpin kelompok Abu Sayyaf.

Juni tahun lalu, militan yang mengaku berjuang untuk ISIS dalam video mengatakan memilih Hapilon untuk memimpin Wilayah Asia Tenggara.

Dua tersangka Filipina lainnya, seorang pria dan seorang perempuan, ditangkap karena menyelundupkan tiga anggota ISIS dari Malaysia dan Indonesia menuju Filipina selatan melalui Sabah, kata Khalid.

Polisi juga menangkap seorang perempuan Malaysia, yang bekerja sebagai pegawai imigrasi bandara, karena dicurigai membantu proses masuk dan keluar individu tanpa dokumen perjalanan yang sah, termasuk warga Malaysia dan pengikut ISIS asal Indonesia, menuju Filipina melalui Sabah.

Sementara itu, seorang pria Malaysia ditangkap di bandar udara utama Kuala Lumpur pada Minggu setelah dipulangkan dari Turki, kata Khalid.

Tersangka melakukan perjalanan ke Istanbul pada Oktober dengan rencana memasuki Suriah dengan bantuan anggota ISIS dari Sulawesi, Indonesia.

Malaysia waspada penuh sejak beberapa orang bersenjata terkait ISIS melancarkan sejumlah serangan di Jakarta, Indonesia, pada Januari 2016.

Malaysia telah menangkap lebih dari 250 orang yang dituduh melakukan aktivitas yang berkaitan dengan ISIS antara 2013 dan 2016, demikian menurut warta kantor berita Reuters. (Uu.Aulia/KR-AMQ)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017