Jakarta (ANTARA News) - Utusan Khusus Presiden untuk Pengendalian Perubahan Iklim Rachmat Witoelar mengajak masyarakat termasuk pemuda untuk lebih kritis lagi menyikapi penggunaan dan pengelolaan air.

Rachmat di Jakarta, Jumat, mengatakan perubahan iklim dan meningkatnya populasi manusia memberi tekanan yang besar pada sumber daya air kita. Sebanyak 40 persen populasi dunia mengalami kelangkaan air.

Program adaptasi perubahan iklim, menurut dia, harus dilaksanakan untuk mengatasi krisis air tersebut melalui penggunaan teknologi tepat guna.

"Jika kita semua ingin agar generasi masa depan tercukupi kebutuhan air bersihnya, pengelolaan airnya harus benar dimulai dari sekarang".

Rachmat mengatakan bahwa perubahan iklim memberi dampak besar terhadap beberapa sistem global, salah satunya terhadap sistem air global.

Suhu yang makin panas karena konsentrasi gas rumah kaca yang makin tinggi, mengakibatkan makin banyak uap air di udara. Saat ini, uap air di udara sudah meningkat empat persen dibanding 30 tahun yang lalu.

Ini membuat frekuensi dan intensitas hujan deras makin tinggi, mengakibatkan semakin banyak kejadian banjir dan tanah longsor. Ini salah satu pengaruh perubahan iklim terhadap sistem air global, lanjutnya.

Selain itu, peningkatan suhu mencairkan banyak es yang akhirnya mengalir ke laut. Padahal, ini merupakan cadangan air bersih untuk manusia.

"Manusia juga masih kurang bijaksana dalam pengelolaan air, misalnya 80 persen air limbah tidak diolah dan langsung dibuang, padahal sebenarnya bisa dimanfaatkan kembali seperti untuk kepentingan pertanian dan peternakan, pembangkit energi, industri dan lain-lain," ujar dia.

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017